VONIS PAGANIS BAGI PENGGIAT VALENTINEDAYS!! (Sisi Gelap ValentineDays)


VONIS PAGANIS BAGI PENGGIAT VALENTINEDAYS!!  Sisi Gelap ValentineDays



Bismillah, Kali ini saya berkesempatan sharing tentang valentineday, gak banyak orang tahu tentang sisi gelap dari acara atau upacara tersebut bahkan tak sedikit pemuda/i dari kaum muslimin melakukan upacara tersebut. Naudzubillah.
Berikut artikel singkat nya semoga bermanfaat dan membuka pikiran kita, Amin Ya Rabbal Alamin
 
Tangga 14 Februari setiap tahunya, sekuntum mawar, manisnya cokelat, dan lucunya boneka mewarnai hampir setiap sudut pusat keramaian. Restoran, hotel, mal, dan kafe memamerkan romantisme bulan Februari. Hari itu dinamakan sebagai Valentine's day, hari perayaan cinta seluruh dunia. Pasangan, pacar, sahabat, orangtua, anak, semua berlomba untuk menunjukan betapa sayangnya mereka kepada orang-orang terkasih. Hal yang paling ekstrem adalah penyerahan sepenuh jiwa dan raga kepada belahan jiwa saat hari Valentine. Semuanya atas nama cinta. Tapi tahukah anda, bagaimana sejarah valentine bermula ?

B. Sejarah dan Sisi Gelap Valentine Day
Bermula dari ritual paganisme (Penyembah berhala), pengadopsian yang dilakukan oleh gereja katolik, sampai dengan proses asimilasinya dengan keyakinan dan bentuk Valentine yang kita kenal sekarang. Pemujaan dan perdebatan saling mengisi di dalam proses tersebut.


Ilustrasi perayaan Lupercalia, dimana kaum laki-laki mengikuti Dewa Lupercus, berpakaian kulit domba. Lalu, membawa cambuk kulit binatang untuk melucuti perempuan yang ditemuinya sepanjang perjalannya dari Juno-Lupa's cave ke kota Roma. Cambukan itu dipercayakan memberikan kesuburanan bagi para wanita. (www.mythicjourneys.org)

Alkisah, pada masa pra-Kristen, setiap tanggal 13 dan 14 Februari dipersembahkan kepada Dewi Cinta Romawi kuno, Juno Februata. Puncak perayaan bulan cinta dan kesuburan adalah pada 15 Februari, yaitu Feast Of Lupercalia, yaitu festival penghormatan kepada Dewa Lupercus, sang dewa yang berpakaian kulit kambing dan hanya menutupi setengah luas tubuhnya. Pada perayaan ini para pendeta akan mempersembahkan kurban kambing untuk sang dewa. Kemudian, mereka meminum anggur sambil berlari-lari di sepanjang jalan kota Roma. Dari Juno-Lupa's Cave mengelilingi Bukit Palatine. Mereka membawa potongan-potongan kulit domba atau kambing untuk disentuhkan kepada para wanita yang berebutan untuk bisa terkena kulit domba tersebut. Tujuannya agar mereka mendapatkan tuah cinta dan kesuburan dari dari Dewa Lupercus dan Juno Februata. Pada perayaan ini dilakukan undian seks, yaitu dengan memasukan gulungan kertas yang berisis nama-nama wanita Roma ke dalam sebuah kotak untuk kemudian diundi. Nama wanita yang keluar akan dijadikan pasangan kencan satu malam oleh para lelaki Roma.

Hal yang paling mengerikan adalah ritual yang kemudian dilakukan oleh pasangan-pasangan itu. Para lelaki melucuti para perempuan dengan kulit kambing. Ini bukan merupakan siksaan karena keduanya saling menginginkan. Ritual ini mereka yakini akan meningkatkan kesuburunan dan kecantikan si wanita. Lalu, lecutan perih itu tidak hanya dilakukan sekali, tapi terus berlangsung selama upacara berjalan. Para wanita saling menjerit di antara kesakitan dan gairahnya untuk terus-menerus disambar oleh cambukan kulit binatang itu. Sebab, semakin banyak lecutan yang mereka terima, semakin subur dan semakin cantiklah mereka nantinya.

Asimilasi perayaan berhala ini terjadi beberapa abad kemudian. Pada abad ketiga, Kaisar Claudius II memerintahkan kepada para pemuda dan tentaranya untuk tidak menikah. Sebab, dianggap akan melemahkan mental prajurit yang pada masa itu sedang berperang dengan para musuh negara. Akibat dari pelarangan ini, banyak pemuda diam-diam pergi menemui Santo Valentine untuk mendapatkan sakramen pernikahan. Namun sayangnya, prosesi itu akhirnya diketahui dang raja zalim. Ia murka dan menangkap St. Valentine. Lalu, mengirimnya ke penjara. Beberapa orang yang kasihan melihat sang santo, melemparkan surat dan bunga ke balik jendela sel sebagai tanda simpati. Akhirnya pada 14 Februari 269 M, sang Santo pun dieksekusi mati.

Sebagai agama baru, Kristen berusaha mengambil hati masyarakat Roma dengan mengadopsi perayaan Lupercalia sebagai hari penghormatan terhadap St. Valentinus. Sebagai pengganti lecutan pada tubuh wanita, gereja menggantinya dengan pengiriman surat dan pernyataan cinta dari laki-laki kepada wanita. Sejak itu, perayaan Lupercalia kepada berhala, berubah menjadi perayaan Valentine oleh gereja. Perubahan drastis dilakukan penguasa gereja pada 1969. Sejak tahun tersebut, perayaan Valentine dihilangkan dari acara gerejawi karena dianggap sebagai penguatan terhadap ajaran berhala. Terlebih terdapat ketidak jelasan mengenai siapa sosok Santo Valentine sesungguhnya. Sebab, pada masa itu terdapat empat martir yang bernama sama dan beberapa makam yang sama-sama diklaim sebagai makam St. Valentine.

C. Pembelaan Kaum/Orang-orang Sekuler
Modernisasi yang di usung para konspirator sekuler dan liberalis justru tidak mengambil jalan yang sama dengan gereja. Mereka justru menjadikan Valentine sebagai perayaan tahunan berkedok kasih sayang. Terjadi pembenaran-pembenaran yang sesat bahwa yang dirayakan perasaan kasih sesama, bukan kepada sejarah berhalanya. Alhasil, hari Valentine yang kita ketahaui saat ini, berubah menjadi perayaan huru-hara, momentum melepas keperawanan dan melakukan seks bebas dengan pasangan sama seperti sejarah gelap Lupercalia itu sendiri.

Lupa kah kita, bahwa Rasulullah Shalalahu alaihi wa salam pernah besabda
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad 2: 50 dan Abu Daud no. 4031. Syaikhul Islam dalam Iqtidho‘ 1: 269 mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Irwa’ul Gholil no. 1269)

Lantas mengapa kita harus mengikuti gaya dan kebiasaan orang-orang kafir, sedangkan kita adalah Hamba Allah SWT. Naudzubillah
Semoga artikel di atsa dapat di terima dengan pikiran terbuka hingga kita paham mana yang haq dan yang bathil Insya Allah. Wallahu Alam. Wasalamu alaikum Warahmatullahi wabarakau

No comments