KISAH SAHABAT NABI SAW SALMAN AL FARISI (DARI PERSIA )
KISAH SALMAN AL FARISI (DARI PERSIA )
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid dari Abdullah bin Abbas yang berkata bahwa Salman Al-Farisi berkata kepadaku dan aku mendengarnya dari mulutnya langsung.
Salman Al-Farisi berkata: "Aku orang Persia, berasal dari di sebuah desa yang bernama Jayyu di daerah Asfahah. Sedangkan ayahku adalah seorang tokoh di desaku adapun aku adalah anak yang paling dicintainya. Ia amat mencintaiku hingga ia mengurungku di dalam rumah laksana seorang anak gadis. Aku demikian serius menganut agama Majusi hingga aku menjadi penjaga api yang harus senantiasa menyala dan tidak boleh padam sesaatpun.Ayahku memiliki ladang yang demikian luas."
Pada suatu ketika, ayah disibuk-kan dengan urusan bangunan dan dia berkata: "Anakku, hari ini ayah sibuk dengan urusan bangunan ini hingga tidak punya waktu yang cukup untuk mengurusi ladang. Oleh sebab itulah, pergilah ke ladang!"
Ayahku memerintahkan beberapa hal yang seharusnya aku lakukan, kemudian ia berkata: "Janganlah terlambat pulang ya, sebab engkau lebih berarti bagiku daripada ladangku dan engkau berada di atas segala-galanya bagiku."
Salman berkata: "Kemudian aku berjalan menuju ladang ayahku seperti yang dia perintahkan. Dalam perjalanan, aku melewati sebuah gereja milik orang-orang Kristen, dan aku mendengar suara-suara saat mereka mengerjakan ibadah di dalamnya. Aku tidak tahu banyak kehidupan manusia karena aku dikurung di rumah. Ketika mendengar suara-suara mereka itu aku mencoba masuk untuk melihat lebih jauh apa yang mereka kerjakan. Ketika aku perhatikan, aku mengagumi ibadah-ibadah mereka dan tertarik pada aktivitas mereka."
Aku bergumam: "Demi Tuhan, agama orang-orang ini jauh lebih baik daripada agama yang aku peluk. Demi Tuhan, aku tidak akan meninggalkan mereka hingga matahari terbenam."
Aku membatalkan perjalanan ke ladang ayahku. Aku berkata kepada orang-orang Kristen itu: "Berasal dari manakah agama ini?"
Mereka menjawab "Dari Syam"
Setelah itu menemui ayahku, ternyata dia telah mengutus seseorang untuk mencariku. Ini membuatnya tidak mengerjakan semua pekerjaannya. Ketika aku kembali kepadanya,
Ayahku berkata: "Anakku, kemana saja engkau pergi? Bukankah engkau sudah berjanji untuk cepat pulang?"
Aku berkata: "Ayahanda, aku tadi berjalan melewati orang-orang yang sedang mengerjakan ibadah di dalam gereja mereka, dan aku kagum pada agama mereka. Demi Allah, aku berada di tempat mereka hingga matahari terbenam."
Dia berkata: "Wahai Ananda, tidak ada kebaikan apapun pada agama tersebut! Agamamu dan agama nenek moyangmu jauh lebih baik daripada agama tersebut."
Aku berkata: "Tidak! Demi Tuhan, agama mereka jauh lebih baik daripada agama kita yang kita anut." Setelah kejadian tersebut, ayah mengkhawatirkanku. Ia ikat diriku dan mengurungku di rumah."
Aku mengirim seseorang kepada orang-orang Kristen itu dan aku katakan kepada mereka: "Manakala ada rombongan dari Syam datang kepada kalian, informasikan padaku tentang mereka."
Tidak lama kemudian, datanglah pedagang-pedagang Kristen dari Syam dan mereka menghubungi aku. Aku katakan kepada mereka: "Jika mereka telah tuntas menyelesaikan urusannya, dan hendak pulang ke negeri mereka izinkan aku untuk bisa ikut bersama mereka."
Salman berkata: "Tatkala para pedagang Kristen itu berencana kembali ke negerinya, mereka memberiku informasi. Kemudian aku buang rantai dari kakiku dan pergi bersama mereka hingga tiba di Syam."
Setibanya di Syam, aku bertanya: "Siapakah dari pemeluk agama ini yang paling utama ilmunya?"
Mereka berkata: "Uskup di gereja."
Lalu aku mendatangi uskup itu dan berkata kepadanya: "Aku demikian tertarik pada agama ini. Aku ingin sekali bersamamu, dan melayanimu di gerejamu ini agar bisa belajar ilmu darimu serta beribadah bersamamu."
Uskup itu berkata: "Masuklah!"
Aku pun masuk namun ternyata uskup ini adalah seorang yang jahat. Ia perintahkan ummatnya bersedekah dan senantiasa menyeru mereka untuk melakukan itu. Namun mana kala mereka telah mengumpulkannya, ia simpan hasilnya untuk kepentingan dirinya sendiri dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang miskin, hingga ia berhasil mengumpulkan tujuh kendi penuh berisi emas dan perak.
Aku sangat marah padanya akibat tindakannya tersebut. Tak berapa kemudian uskup tersebut meninggal dunia. Orang-orang Kristen berkumpul untuk menguburkan jenazahnya, namun aku katakan kepada mereka:
"Sesungguhnya orang ini adalah seorang yang jahat. Ia suruh dan seru kalian bersedekah, namun apabila kalian memberikan sedekah kepadanya, ia malah menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak mendistribusikannya sedikitpun kepada orang-orang miskin."
Mereka berkata: "Bagaimana kau tahu tentang hal itu?"
Aku katakan kepada mereka: "Aku akan tunjukkan tempat penyimpanannya kepada kalian."
Mereka berkata: "Tolong tunjukkan kepada kami tempat penyimpanannya itu!"
Aku tunjukkan tempat penyimpanan uskup itu kepada mereka, kemudian mereka mengeluarkan tujuh tempayan yang penuh dengan emas dan perak. Ketika mereka melihat ketujuh kendi penuh tersebut.
Mereka berkata: "Demi Allah, kami tidak akan mengubur mayat uskup ini." Maka mereka menyalib uskup tadi dan melemparinya dengan batu. Setelah itu, mereka menunjuk orang lain untuk menjadi pengganti uskup tadi.
Salman berkata: "Aku belum pernah melihat orang shalat lima waktu yang lebih utama darinya dalam beribadah, lebih zuhud terhadap dunia, lebih mencintai akhirat, lebih tekun di siang dan malam hari dari uskup baru itu. Aku sangat mencintai uskup baru tersebut dengan cinta yang tiada tandingnya."
Aku tinggal bersamanya dalam waktu yang lama sekali hingga akhirnya kematian menghampirinya.
Aku katakan kepadanya: "Hai fulan, sungguh aku telah hidup bersamamu dan aku mencintaimu dengan cinta yang tiada terkira. Kini sebagaimana yang engkau saksikan telah datang keputusan Tuhan kepadamu, maka akan engkau titipkan aku kepada siapa?" Ia menjawab: "Anakku, demi Allah, aku tidak tahu seperti apa diriku sesungguhnya. Sudah banyak orang yang meninggal dunia, mengubah agama yang dianutnya dan meninggalkan tradisi yang sebelumnya mereka kerjakan, kecuali satu orang yang kini berada di Al-Maushil, yaitu Si fulan. Ia melakukan seperti apa yang diriku lakukan.Susullah dia ke sana! "
Salman berkata: "Ketika uskup tersebut meninggal dunia dan telah dikuburkan akupun pergi pada uskup di Al-Maushil itu." Setibanya di sana, aku katakan kepadanya: "Wahai fulan, sesungguhnya uskup fulan telah berwasiat kepadaku ketika hendak meninggal dunia agar aku menemui dirimu. Ia katakan kepadaku bahwa engkau seperti dia."
Uskup tersebut berkata: "Tinggallah engkau bersamaku." Akupun menetap bersamanya. Aku dapatkan ia seorang yang baik persis seperti yang diceritakan sahabatnya. Tidak lama kemudian uskup tersebut meninggal dunia.
Menjelang meninggal dunia, aku berkata kepadanya:
"Wahai fulan, sesungguhnya uskup fulan telah berwasiat kepadaku agar aku pergi kepadamu dan sekarang takdir Allah telah datang kepadamu seperti yang engkau saksikan, lalu kepada siapa kini aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?"
Uskup berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang seperti kita di Nashibin, yaitu si Fulan. Pergilah engkau menemuinya!"
Salman berkata: "Ketika uskup tersebut telah meninggal dunia dan telah dikuburkan, aku pergi menemui uskup di Nashibin itu. Aku jelaskan perihal diriku adanya dan apa yang diwasiatkan dua sahabatku."
Ia berkata: "Tinggallah bersamaku."
Aku tinggal bersamanya, dan aku dapati dia seperti sahabatnya yang telah meninggal dunia. Aku tinggal bersama orang terbaik. Demi Allah, tidak lama kemudian ajal menjemputnya. Menjelang kematiannya, aku berkata kepadanya: "Wahai fulan, fulan berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada fulan, kemudian berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?"
Uskup tersebut berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang masih seperti kita sehingga aku bisa perintahkan engkau pergi kepadanya di Ammuriyah wilayah Romawi.Ia masih melakukan hal yang sama seperti kita. Jika engkau suka, temuilah dia karena ia masih sama seperti kita!"
Salman berkata: "Uskup Nashibin pun wafat, kemudian ia dikuburkan". Aku lalu pergi kepada uskup di Ammuriyah. Aku terangkan padanya tentang siapa diriku sebenarnya.
Ia berkata: "Tinggallah engkau bersamaku."
Aku pun tinggal bersama seorang yang demikian baik sesuai dengan arahan sahabat-sahabatnya dan perintah mereka. Aku bekerja sampai mempunyai sejumlah sapi dan kambing. Tak berapa lama kemudian, uskup itupun meninggal dunia. Menjelang kematiannya, aku bertanya kepadanya: "Wahai fulan, aku pernah tinggal bersama fulan lalu ia berwasiat agar aku pergi kepada fulan, kemudian fulan tersebut berwasiat agar aku pergi kepada fulan, lalu fulan tersebut berwasiat agar aku pergi kepada fulan, kemudian dia tersebut berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?"
Uskup berkata: "Anakku, demi Allah, aku tidak tahu apakah kini masih ada orang-orang yang seperti kita yang bisa aku perintahkan engkau pergi kepadanya, namun demikian kini telah dekat kedatangan seorang Nabi. Ia diutus dengan membawa agama Ibrahim 'Alaihis salam dan akan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya adalah daerah di antara dua tanah berbatu hitam dan di antara dua daerah tersebut terdapat banyak sekali pohon kurma. Nabi tersebut mempunyai tanda-tanda yang tidak mungkin bisa disembunyikan ia menerima hadiah dan tidak menerima sedekah. Di antara kedua bahunya terdapat stempel kenabian. Jika engkau sanggup pergi ke negeri tersebut, pergilah!"
Salman berkata: "Kemudian uskup tersebut pun wafat dan dikebumikan. Sementara aku tetap tinggal di Ammuriyah hingga beberapa lama. Setelah itu, sekelompok pedagang berjalan melewatiku."
Aku berkata kepada mereka: "Bawalah aku ke negeri Arab dan aku akan berikan lembu dan kambingku ini kepada kalian!"
Mereka berkata: "Ya"
Aku berikan sapi dan kambingku kepada mereka kemudian mereka membawaku pergi bersama mereka. Tapi tatkala tiba lembah Al-Quran, mereka berbuat zalim dengan menjualku sebagai budak kepada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Maka aku tinggal bersama orang Yahudi tadi dan aku melihat pohon kurma. Aku berharap semoga negeri inilah yang pernah diisyaratkan sahabatku. Namun aku tidak yakin sepenuhnya.
Salman berkata: "Ketika aku tinggal bersama orang Yahudi tadi, datanglah saudara sepupunya yang berasal dari Bani Quraizha di Madinah. Ia membeliku dari sepupunya itu kemudian membawaku ke Madinah. Demi Allah, begitu aku melihat Madinah, aku lihat persis sifat-sifat seperti dijelaskan sahabatku. Akupun tinggal di sana. Saat itulah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diutus sebagai Nabi dan menetap di Mekkah dalam jangka waktu tertentu sementara aku tidak mendapat berita tentang beliau, karena sibuk dengan pekerjaanku sebagai seorang budak. Tidak berapa lama kemudian, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah."
Salman berkata: "Saat aku sedang berada di atas pohon kurma mengerjakan beberapa tugas rutin untuk tuanku, sedang tuanku duduk di bawahku. Tiba-tiba sepupunya datang dan berdiri di depannya."
Sepupunya itu berkata: "Hai fulan, semoga Allah menghancurkan Bani Qailah. Demi Allah, mereka sekarang sedang berkumpul di Quba untuk menyambut kedatangan seorang laki-laki dari Mekkah, dan mereka mengatakan bahwa orang tersebut adalah seorang Nabi."
Ibnu Hisyam berkata: Qailah adalah anak perempuan Kahil bin Udzrah bin Sa'ad bin Zaid bin Laits bin Sud bin Aslum bin Ilhaf bin Qadha'ah. Ia ibu Al Aus dan Al-Khazraj. An-Nu'man bin Basyir Al-Anshari berkata memuji Al Aus dan Al-Khazraj dalam syairnya,
Tuan-tuan dari anak-anak Qailah
Tak seorangpun yang sanggup menandinginya dalam menghadapi kesulitan
Manusia lapang dada, pahlawan yang sukakeramahan
Menganggap mengikuti tradisi leluhurnya se-bagai kewajiban
Dua bait syair ini adalah miliknya.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid dari Abdullah bin Abbas ia berkata bahwa Salman berkata: "Ketika aku mendengar apa yang diucapkannya, aku gemetaran seolah-olah akan jatuh".
Aku turun dari atas pohon kurma dan bertanya kepada saudara sepupu tuanku: "Apa yang engkau katakan tadi?"
Dia berkata: "Apa urusanmu dengan perkara ini? Tuntaskanlah pekerjaanmu!!"
Aku berkata: "Tidak ada apa-apa." Aku hanya ingin meyakinkan diri apa sebenarnya yang dia ucapkan.
Salman berkata: Aku memiliki sesuatu yang telah aku siapkan sebelumnya. Pada sore hari aku mengambilnya lalu aku pergi untuk menjumpai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Quba'.
Aku lekas menemui beliau dan berkata: "Aku mendapat kabar bahwa engkau seorang yang shalih. Engkau mempunyai sahabat-sahabat asing yang sangat membutuhkan bantuan. Ini ada beberapa barang yang aku siapkan untuk sedekah buatmu. Aku anggap kalian lebih berhak daripada selain kalian."
Aku serahkan sedekah tersebut kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabat- nya: "Makanlah." Sedangkan beliau menahan tangannya dan tidak memakan sedikit pun dari sedekah yang aku berikan padanya.
Aku bergumam dalam hati, "Ini baru tanda pertama."
Kemudian aku mohon izin dari hadapan Rasulullah Shallalahu'alaihi wa Sallam. Setelah itu, aku menghimpun barang yang lain, sementara itu Rasulullah Shallalahu'alaihi wa Sallam telah pindah ke Madinah.
Aku datang menemui beliau dan berkata: "Aku lihat engkau tidak memakan harta sedekah. Maka terimah hadiah khusus dariku untukmu."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memakan hadiahku dan menyuruh sahabat-sahabatnya ikut makan bersamanya.
Aku bergumam dalam hati: "Ini pertanda kedua."
Setelah itu, aku mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Baqi' Al-Gharqad. Saat itu beliau sedang mengantar jenazah seorang sahabatnya. Aku telah mengetahui dua tanda kenabian pada beliau. Beliau sedang duduk di antara sahabat-sahabatnya, kemudian aku mengucapkan salam kepada beliau. Setelah itu aku sengaja memposiskan diri di belakang beliau karena ingin melihat punggung beliau apakah aku melihat stempel tanda kenabian seperti yang dijelaskan sahabatku.
Ketika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatku berada di belakangnya, beliau mengetahui bahwa aku sedang mencari sifat yang pernah dijelaskan oleh sahabatku. Beliau menanggalkan kainnya dari punggungnya saat itulah aku melihat stempel kenabian pada punggung beliau. Kemudian aku balik ke depan beliau menciumnya sambil menangis.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku."Berbaliklah!"
Aku pun berbalik arah dan duduk menghadap beliau. Aku kisahkan kepadanya semua peristiwa yang terjadi mengenai diriku sebagaimana aku ceritakan kisah ini kepadamu, wahai Ibnu Abbas.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ingin agar kisahku ini diketahui oleh semua sahabat-sahabatnya. Setelah itu Salman disibukkan dengan statusnya sebagai seorang budak hingga dia ketinggalan dan tidak bisa ikut pada Perang Badar dan Uhud bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.'14
14 Sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al- Shahihah, sanadnya hasan (894).
Salman berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: "Tulislah perjanjian kebebasan dirimu dari perbudakan dengan membayar sejumlah uang, wahai Salman!."
Kemudian aku menuliskan kesepakatan pembebasan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma yang aku tanam untuknya dan emas empat puluh ons (uqiyyah).
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada sahabat-sahabatnya: "Bantulah saudara kalian ini!"
Sahabat-sahabat Rasulullah ada yang membantu dengan memberi pohon kurma kepadaku. Ada yang memberi tiga puluh bibit pohon kurma. Ada yang memberiku dua puluh anak pohon kurma. Ada yang memberiku lima belas bibit pohon kurma, ada yang membantu sepuluh bibit pohon kurma. Setiap orang membantu sesuai dengan kadar kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul tiga ratus bibit pohon kurma.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk bibit-bibit pohon urma ini. Jika telah selesai menggalinya, temuilah aku, sehingga tanganku sendiri yang meletakkan bibit pohon kurma ini ke dalamnya."
Salman berkata: "Kemudian aku menggali lubang untuk bibitbibit pohon kurma tersebut dengan dibantu sahabat-sahabatku. Ketika telah selesai menggalinya, aku kembali menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan memberi tahu bahwa aku telah selesai menggali lubang.
Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi bersamaku ke lubang-lubang untuk bibit kurma tersebut. Kami berikan bibit pohon kurma kepada beliau lalu beliau masukkan ke dalam lubang dengan tangannya sendiri sampai proses penanaman selesai. Dan, tidak ada satu pun bibit pohon kurma yang mati. Aku rawat pohon-pohon kurma itu dan aku masih memiliki tanggungan hutang harta.
Tak berapa lama kemudian, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam datang dengan membawa emas sebesar telur ayam dari sebuah tempat pertambangan.
Rasulullah bersabda: "Apa yang telah dilakukan orang Persia yang akan memerdekakan dirinya dengan perjanjian membayar sejumlah uang?"
Aku dipanggil untuk menemui Rasulullah. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, dan bayarlah hutangmu dengannya, wahai Salman!"
Aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa melunasi semua hutangku?"
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambillah, karena Allah akan melunasi hutangmu dengannya."15
Aku mengambil emas tersebut lalu menimbangnya. Ternyata berat emas tersebut adalah empat puluh ons. Lalu aku bayar hutangku pada tuanku dengan emas itu. Sehingga aku menjadi orang merdeka. Aku lalu ikut terjun pada Perang Khandaq bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai orang merdeka dan sesudahnya tidak pernah sekalipun aku melewatkan satu medan perang pun. 15. Sanadrlya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al - Shahihah, sanadnya hasan (894).
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari seseorang dari Abdu Al-Qais dari Salman yang berkata: Ketika aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa melunasi hutangku?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil emas tersebut dan membolak-baliknya di depan wajahnya. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, hai Salman dan bayar hutangmu dengannya!"16
Emas tersebut aku ambil, lalu aku bayar hutangku pada tuanku secara penuh; empat puluh uqiyyah.

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid dari Abdullah bin Abbas yang berkata bahwa Salman Al-Farisi berkata kepadaku dan aku mendengarnya dari mulutnya langsung.
Salman Al-Farisi berkata: "Aku orang Persia, berasal dari di sebuah desa yang bernama Jayyu di daerah Asfahah. Sedangkan ayahku adalah seorang tokoh di desaku adapun aku adalah anak yang paling dicintainya. Ia amat mencintaiku hingga ia mengurungku di dalam rumah laksana seorang anak gadis. Aku demikian serius menganut agama Majusi hingga aku menjadi penjaga api yang harus senantiasa menyala dan tidak boleh padam sesaatpun.Ayahku memiliki ladang yang demikian luas."
Pada suatu ketika, ayah disibuk-kan dengan urusan bangunan dan dia berkata: "Anakku, hari ini ayah sibuk dengan urusan bangunan ini hingga tidak punya waktu yang cukup untuk mengurusi ladang. Oleh sebab itulah, pergilah ke ladang!"
Ayahku memerintahkan beberapa hal yang seharusnya aku lakukan, kemudian ia berkata: "Janganlah terlambat pulang ya, sebab engkau lebih berarti bagiku daripada ladangku dan engkau berada di atas segala-galanya bagiku."
Salman berkata: "Kemudian aku berjalan menuju ladang ayahku seperti yang dia perintahkan. Dalam perjalanan, aku melewati sebuah gereja milik orang-orang Kristen, dan aku mendengar suara-suara saat mereka mengerjakan ibadah di dalamnya. Aku tidak tahu banyak kehidupan manusia karena aku dikurung di rumah. Ketika mendengar suara-suara mereka itu aku mencoba masuk untuk melihat lebih jauh apa yang mereka kerjakan. Ketika aku perhatikan, aku mengagumi ibadah-ibadah mereka dan tertarik pada aktivitas mereka."
Aku bergumam: "Demi Tuhan, agama orang-orang ini jauh lebih baik daripada agama yang aku peluk. Demi Tuhan, aku tidak akan meninggalkan mereka hingga matahari terbenam."
Aku membatalkan perjalanan ke ladang ayahku. Aku berkata kepada orang-orang Kristen itu: "Berasal dari manakah agama ini?"
Mereka menjawab "Dari Syam"
Setelah itu menemui ayahku, ternyata dia telah mengutus seseorang untuk mencariku. Ini membuatnya tidak mengerjakan semua pekerjaannya. Ketika aku kembali kepadanya,
Ayahku berkata: "Anakku, kemana saja engkau pergi? Bukankah engkau sudah berjanji untuk cepat pulang?"
Aku berkata: "Ayahanda, aku tadi berjalan melewati orang-orang yang sedang mengerjakan ibadah di dalam gereja mereka, dan aku kagum pada agama mereka. Demi Allah, aku berada di tempat mereka hingga matahari terbenam."
Dia berkata: "Wahai Ananda, tidak ada kebaikan apapun pada agama tersebut! Agamamu dan agama nenek moyangmu jauh lebih baik daripada agama tersebut."
Aku berkata: "Tidak! Demi Tuhan, agama mereka jauh lebih baik daripada agama kita yang kita anut." Setelah kejadian tersebut, ayah mengkhawatirkanku. Ia ikat diriku dan mengurungku di rumah."
Aku mengirim seseorang kepada orang-orang Kristen itu dan aku katakan kepada mereka: "Manakala ada rombongan dari Syam datang kepada kalian, informasikan padaku tentang mereka."
Tidak lama kemudian, datanglah pedagang-pedagang Kristen dari Syam dan mereka menghubungi aku. Aku katakan kepada mereka: "Jika mereka telah tuntas menyelesaikan urusannya, dan hendak pulang ke negeri mereka izinkan aku untuk bisa ikut bersama mereka."
Salman berkata: "Tatkala para pedagang Kristen itu berencana kembali ke negerinya, mereka memberiku informasi. Kemudian aku buang rantai dari kakiku dan pergi bersama mereka hingga tiba di Syam."
Setibanya di Syam, aku bertanya: "Siapakah dari pemeluk agama ini yang paling utama ilmunya?"
Mereka berkata: "Uskup di gereja."
Lalu aku mendatangi uskup itu dan berkata kepadanya: "Aku demikian tertarik pada agama ini. Aku ingin sekali bersamamu, dan melayanimu di gerejamu ini agar bisa belajar ilmu darimu serta beribadah bersamamu."
Uskup itu berkata: "Masuklah!"
Aku pun masuk namun ternyata uskup ini adalah seorang yang jahat. Ia perintahkan ummatnya bersedekah dan senantiasa menyeru mereka untuk melakukan itu. Namun mana kala mereka telah mengumpulkannya, ia simpan hasilnya untuk kepentingan dirinya sendiri dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang miskin, hingga ia berhasil mengumpulkan tujuh kendi penuh berisi emas dan perak.
Aku sangat marah padanya akibat tindakannya tersebut. Tak berapa kemudian uskup tersebut meninggal dunia. Orang-orang Kristen berkumpul untuk menguburkan jenazahnya, namun aku katakan kepada mereka:
"Sesungguhnya orang ini adalah seorang yang jahat. Ia suruh dan seru kalian bersedekah, namun apabila kalian memberikan sedekah kepadanya, ia malah menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak mendistribusikannya sedikitpun kepada orang-orang miskin."
Mereka berkata: "Bagaimana kau tahu tentang hal itu?"
Aku katakan kepada mereka: "Aku akan tunjukkan tempat penyimpanannya kepada kalian."
Mereka berkata: "Tolong tunjukkan kepada kami tempat penyimpanannya itu!"
Aku tunjukkan tempat penyimpanan uskup itu kepada mereka, kemudian mereka mengeluarkan tujuh tempayan yang penuh dengan emas dan perak. Ketika mereka melihat ketujuh kendi penuh tersebut.
Mereka berkata: "Demi Allah, kami tidak akan mengubur mayat uskup ini." Maka mereka menyalib uskup tadi dan melemparinya dengan batu. Setelah itu, mereka menunjuk orang lain untuk menjadi pengganti uskup tadi.
Salman berkata: "Aku belum pernah melihat orang shalat lima waktu yang lebih utama darinya dalam beribadah, lebih zuhud terhadap dunia, lebih mencintai akhirat, lebih tekun di siang dan malam hari dari uskup baru itu. Aku sangat mencintai uskup baru tersebut dengan cinta yang tiada tandingnya."
Aku tinggal bersamanya dalam waktu yang lama sekali hingga akhirnya kematian menghampirinya.
Aku katakan kepadanya: "Hai fulan, sungguh aku telah hidup bersamamu dan aku mencintaimu dengan cinta yang tiada terkira. Kini sebagaimana yang engkau saksikan telah datang keputusan Tuhan kepadamu, maka akan engkau titipkan aku kepada siapa?" Ia menjawab: "Anakku, demi Allah, aku tidak tahu seperti apa diriku sesungguhnya. Sudah banyak orang yang meninggal dunia, mengubah agama yang dianutnya dan meninggalkan tradisi yang sebelumnya mereka kerjakan, kecuali satu orang yang kini berada di Al-Maushil, yaitu Si fulan. Ia melakukan seperti apa yang diriku lakukan.Susullah dia ke sana! "
Salman berkata: "Ketika uskup tersebut meninggal dunia dan telah dikuburkan akupun pergi pada uskup di Al-Maushil itu." Setibanya di sana, aku katakan kepadanya: "Wahai fulan, sesungguhnya uskup fulan telah berwasiat kepadaku ketika hendak meninggal dunia agar aku menemui dirimu. Ia katakan kepadaku bahwa engkau seperti dia."
Uskup tersebut berkata: "Tinggallah engkau bersamaku." Akupun menetap bersamanya. Aku dapatkan ia seorang yang baik persis seperti yang diceritakan sahabatnya. Tidak lama kemudian uskup tersebut meninggal dunia.
Menjelang meninggal dunia, aku berkata kepadanya:
"Wahai fulan, sesungguhnya uskup fulan telah berwasiat kepadaku agar aku pergi kepadamu dan sekarang takdir Allah telah datang kepadamu seperti yang engkau saksikan, lalu kepada siapa kini aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?"
Uskup berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang seperti kita di Nashibin, yaitu si Fulan. Pergilah engkau menemuinya!"
Salman berkata: "Ketika uskup tersebut telah meninggal dunia dan telah dikuburkan, aku pergi menemui uskup di Nashibin itu. Aku jelaskan perihal diriku adanya dan apa yang diwasiatkan dua sahabatku."
Ia berkata: "Tinggallah bersamaku."
Aku tinggal bersamanya, dan aku dapati dia seperti sahabatnya yang telah meninggal dunia. Aku tinggal bersama orang terbaik. Demi Allah, tidak lama kemudian ajal menjemputnya. Menjelang kematiannya, aku berkata kepadanya: "Wahai fulan, fulan berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada fulan, kemudian berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?"
Uskup tersebut berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang masih seperti kita sehingga aku bisa perintahkan engkau pergi kepadanya di Ammuriyah wilayah Romawi.Ia masih melakukan hal yang sama seperti kita. Jika engkau suka, temuilah dia karena ia masih sama seperti kita!"
Salman berkata: "Uskup Nashibin pun wafat, kemudian ia dikuburkan". Aku lalu pergi kepada uskup di Ammuriyah. Aku terangkan padanya tentang siapa diriku sebenarnya.
Ia berkata: "Tinggallah engkau bersamaku."
Aku pun tinggal bersama seorang yang demikian baik sesuai dengan arahan sahabat-sahabatnya dan perintah mereka. Aku bekerja sampai mempunyai sejumlah sapi dan kambing. Tak berapa lama kemudian, uskup itupun meninggal dunia. Menjelang kematiannya, aku bertanya kepadanya: "Wahai fulan, aku pernah tinggal bersama fulan lalu ia berwasiat agar aku pergi kepada fulan, kemudian fulan tersebut berwasiat agar aku pergi kepada fulan, lalu fulan tersebut berwasiat agar aku pergi kepada fulan, kemudian dia tersebut berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?"
Uskup berkata: "Anakku, demi Allah, aku tidak tahu apakah kini masih ada orang-orang yang seperti kita yang bisa aku perintahkan engkau pergi kepadanya, namun demikian kini telah dekat kedatangan seorang Nabi. Ia diutus dengan membawa agama Ibrahim 'Alaihis salam dan akan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya adalah daerah di antara dua tanah berbatu hitam dan di antara dua daerah tersebut terdapat banyak sekali pohon kurma. Nabi tersebut mempunyai tanda-tanda yang tidak mungkin bisa disembunyikan ia menerima hadiah dan tidak menerima sedekah. Di antara kedua bahunya terdapat stempel kenabian. Jika engkau sanggup pergi ke negeri tersebut, pergilah!"
Salman berkata: "Kemudian uskup tersebut pun wafat dan dikebumikan. Sementara aku tetap tinggal di Ammuriyah hingga beberapa lama. Setelah itu, sekelompok pedagang berjalan melewatiku."
Aku berkata kepada mereka: "Bawalah aku ke negeri Arab dan aku akan berikan lembu dan kambingku ini kepada kalian!"
Mereka berkata: "Ya"
Aku berikan sapi dan kambingku kepada mereka kemudian mereka membawaku pergi bersama mereka. Tapi tatkala tiba lembah Al-Quran, mereka berbuat zalim dengan menjualku sebagai budak kepada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Maka aku tinggal bersama orang Yahudi tadi dan aku melihat pohon kurma. Aku berharap semoga negeri inilah yang pernah diisyaratkan sahabatku. Namun aku tidak yakin sepenuhnya.
Salman berkata: "Ketika aku tinggal bersama orang Yahudi tadi, datanglah saudara sepupunya yang berasal dari Bani Quraizha di Madinah. Ia membeliku dari sepupunya itu kemudian membawaku ke Madinah. Demi Allah, begitu aku melihat Madinah, aku lihat persis sifat-sifat seperti dijelaskan sahabatku. Akupun tinggal di sana. Saat itulah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diutus sebagai Nabi dan menetap di Mekkah dalam jangka waktu tertentu sementara aku tidak mendapat berita tentang beliau, karena sibuk dengan pekerjaanku sebagai seorang budak. Tidak berapa lama kemudian, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah."
Salman berkata: "Saat aku sedang berada di atas pohon kurma mengerjakan beberapa tugas rutin untuk tuanku, sedang tuanku duduk di bawahku. Tiba-tiba sepupunya datang dan berdiri di depannya."
Sepupunya itu berkata: "Hai fulan, semoga Allah menghancurkan Bani Qailah. Demi Allah, mereka sekarang sedang berkumpul di Quba untuk menyambut kedatangan seorang laki-laki dari Mekkah, dan mereka mengatakan bahwa orang tersebut adalah seorang Nabi."
Ibnu Hisyam berkata: Qailah adalah anak perempuan Kahil bin Udzrah bin Sa'ad bin Zaid bin Laits bin Sud bin Aslum bin Ilhaf bin Qadha'ah. Ia ibu Al Aus dan Al-Khazraj. An-Nu'man bin Basyir Al-Anshari berkata memuji Al Aus dan Al-Khazraj dalam syairnya,
Tuan-tuan dari anak-anak Qailah
Tak seorangpun yang sanggup menandinginya dalam menghadapi kesulitan
Manusia lapang dada, pahlawan yang sukakeramahan
Menganggap mengikuti tradisi leluhurnya se-bagai kewajiban
Dua bait syair ini adalah miliknya.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid dari Abdullah bin Abbas ia berkata bahwa Salman berkata: "Ketika aku mendengar apa yang diucapkannya, aku gemetaran seolah-olah akan jatuh".
Aku turun dari atas pohon kurma dan bertanya kepada saudara sepupu tuanku: "Apa yang engkau katakan tadi?"
Dia berkata: "Apa urusanmu dengan perkara ini? Tuntaskanlah pekerjaanmu!!"
Aku berkata: "Tidak ada apa-apa." Aku hanya ingin meyakinkan diri apa sebenarnya yang dia ucapkan.
Salman berkata: Aku memiliki sesuatu yang telah aku siapkan sebelumnya. Pada sore hari aku mengambilnya lalu aku pergi untuk menjumpai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Quba'.
Aku lekas menemui beliau dan berkata: "Aku mendapat kabar bahwa engkau seorang yang shalih. Engkau mempunyai sahabat-sahabat asing yang sangat membutuhkan bantuan. Ini ada beberapa barang yang aku siapkan untuk sedekah buatmu. Aku anggap kalian lebih berhak daripada selain kalian."
Aku serahkan sedekah tersebut kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabat- nya: "Makanlah." Sedangkan beliau menahan tangannya dan tidak memakan sedikit pun dari sedekah yang aku berikan padanya.
Aku bergumam dalam hati, "Ini baru tanda pertama."
Kemudian aku mohon izin dari hadapan Rasulullah Shallalahu'alaihi wa Sallam. Setelah itu, aku menghimpun barang yang lain, sementara itu Rasulullah Shallalahu'alaihi wa Sallam telah pindah ke Madinah.
Aku datang menemui beliau dan berkata: "Aku lihat engkau tidak memakan harta sedekah. Maka terimah hadiah khusus dariku untukmu."
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memakan hadiahku dan menyuruh sahabat-sahabatnya ikut makan bersamanya.
Aku bergumam dalam hati: "Ini pertanda kedua."
Setelah itu, aku mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Baqi' Al-Gharqad. Saat itu beliau sedang mengantar jenazah seorang sahabatnya. Aku telah mengetahui dua tanda kenabian pada beliau. Beliau sedang duduk di antara sahabat-sahabatnya, kemudian aku mengucapkan salam kepada beliau. Setelah itu aku sengaja memposiskan diri di belakang beliau karena ingin melihat punggung beliau apakah aku melihat stempel tanda kenabian seperti yang dijelaskan sahabatku.
Ketika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatku berada di belakangnya, beliau mengetahui bahwa aku sedang mencari sifat yang pernah dijelaskan oleh sahabatku. Beliau menanggalkan kainnya dari punggungnya saat itulah aku melihat stempel kenabian pada punggung beliau. Kemudian aku balik ke depan beliau menciumnya sambil menangis.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku."Berbaliklah!"
Aku pun berbalik arah dan duduk menghadap beliau. Aku kisahkan kepadanya semua peristiwa yang terjadi mengenai diriku sebagaimana aku ceritakan kisah ini kepadamu, wahai Ibnu Abbas.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ingin agar kisahku ini diketahui oleh semua sahabat-sahabatnya. Setelah itu Salman disibukkan dengan statusnya sebagai seorang budak hingga dia ketinggalan dan tidak bisa ikut pada Perang Badar dan Uhud bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.'14
14 Sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al- Shahihah, sanadnya hasan (894).
Salman berkata: Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku: "Tulislah perjanjian kebebasan dirimu dari perbudakan dengan membayar sejumlah uang, wahai Salman!."
Kemudian aku menuliskan kesepakatan pembebasan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma yang aku tanam untuknya dan emas empat puluh ons (uqiyyah).
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada sahabat-sahabatnya: "Bantulah saudara kalian ini!"
Sahabat-sahabat Rasulullah ada yang membantu dengan memberi pohon kurma kepadaku. Ada yang memberi tiga puluh bibit pohon kurma. Ada yang memberiku dua puluh anak pohon kurma. Ada yang memberiku lima belas bibit pohon kurma, ada yang membantu sepuluh bibit pohon kurma. Setiap orang membantu sesuai dengan kadar kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul tiga ratus bibit pohon kurma.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk bibit-bibit pohon urma ini. Jika telah selesai menggalinya, temuilah aku, sehingga tanganku sendiri yang meletakkan bibit pohon kurma ini ke dalamnya."
Salman berkata: "Kemudian aku menggali lubang untuk bibitbibit pohon kurma tersebut dengan dibantu sahabat-sahabatku. Ketika telah selesai menggalinya, aku kembali menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan memberi tahu bahwa aku telah selesai menggali lubang.
Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi bersamaku ke lubang-lubang untuk bibit kurma tersebut. Kami berikan bibit pohon kurma kepada beliau lalu beliau masukkan ke dalam lubang dengan tangannya sendiri sampai proses penanaman selesai. Dan, tidak ada satu pun bibit pohon kurma yang mati. Aku rawat pohon-pohon kurma itu dan aku masih memiliki tanggungan hutang harta.
Tak berapa lama kemudian, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam datang dengan membawa emas sebesar telur ayam dari sebuah tempat pertambangan.
Rasulullah bersabda: "Apa yang telah dilakukan orang Persia yang akan memerdekakan dirinya dengan perjanjian membayar sejumlah uang?"
Aku dipanggil untuk menemui Rasulullah. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, dan bayarlah hutangmu dengannya, wahai Salman!"
Aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa melunasi semua hutangku?"
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambillah, karena Allah akan melunasi hutangmu dengannya."15
Aku mengambil emas tersebut lalu menimbangnya. Ternyata berat emas tersebut adalah empat puluh ons. Lalu aku bayar hutangku pada tuanku dengan emas itu. Sehingga aku menjadi orang merdeka. Aku lalu ikut terjun pada Perang Khandaq bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai orang merdeka dan sesudahnya tidak pernah sekalipun aku melewatkan satu medan perang pun. 15. Sanadrlya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al - Shahihah, sanadnya hasan (894).
Ibnu Ishaq berkata: Yazid bin Abu Habib berkata kepadaku dari seseorang dari Abdu Al-Qais dari Salman yang berkata: Ketika aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa melunasi hutangku?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil emas tersebut dan membolak-baliknya di depan wajahnya. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, hai Salman dan bayar hutangmu dengannya!"16
Emas tersebut aku ambil, lalu aku bayar hutangku pada tuanku secara penuh; empat puluh uqiyyah.
16. Hadits hasan diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23789 dan dinyatakan hasan oleh Syu'aib al -Arnauth.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa orang yang tidak aku ragukan kredibilitasnya berkata kepadaku dari Umar bin Abdul Aziz bin Marwan yang berkata bahwa aku diberitahu dari Salman, ia berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ketika menceritakan jejak rekam hidupnya kepada beliau bahwa pendeta Ammuriyah berkata kepadanya: "Pergilah engkau ke daerah ini dan itu di wilayah Syam, karena di sana terdapat seorang laki- laki yang hidup di antara dua hutan. Pada setiap tahun, ia keluar dari satu hutan ke hutan lainnya karena senantiasa ditunggu oleh orang-orang yang sedang sakit. Setiapkali ia mendoakan salah seorang dari mereka, niscaya orang tersebut sembuh dari sakitnya. Tanyakanlah padanya tentang agama yang engkau cari, niscaya ia menjelaskannya padamu!"
Salman berkata: "Kemudian aku pergi ke tempat yang dijelaskan sahabatku itu. Di tempat tersebut kulihat orang-orang berkumpul dengan membawa keluarga mereka yang sakit. Pada suatu malam, orang tersebut keluar dari satu hutan ke hutan satunya, dan dibuntuti sekian banyak orang-orang. Dan jika ia mendoakan orang yang sakit, maka orang itu sembuh dari penyakitnya. Mereka lebih cepat datang kepada orang tersebut daripada aku. Akibatnya aku tidak bisa mendekat kepadanya hingga ia masuk ke hutan yang ingin ia masuki. Aku mengikuti orang tersebut.
Ia berkata: "Siapa engkau ini sebenarnya?" Ia menoleh kepadaku. kemudian aku katakan kepadanya: "Semoga Tuhan merahmatimu. Katakan padaku tentang perihal hanifiyyyah agama Ibrahim!"
Ia berkata: "Engkau menanyakan sesuatu yang tidak ditanyakan oleh siapapun pada hari ini. Telah dekat kepadamu zaman datangnya Nabi yang diutus dengan membawa agama tersebut dari tanah suci. Pergilah engkau kepadanya, pasti ia membawamu kepada agamanya!" Kemudian dia masuk.
Ibnu Ishaq berkata: Kemudian Rasulullah bersabda kepada Salman. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hai Salman, jika apa yang kamu ceritakan ini benar, sungguh engkau telah bertemu dengan Isa bin Maryam."17 Semoga salam terlimpah pada nabi kita dan Isa bin Maryam.
17. Sanadnya lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi pada hadits no. 675 dalam bukunya al -Dalail, Ibnu Sa'ad dalam al-Thabaqat (4/81) Adz-Dzahabi dalam at-Siyar (1/513) semuanya dari jalur muhammad bin Ishaq. Adz-Dzahabi berkata. Ibnu Ishaq meriwayatkan sendirian. Sedangkan Ibnu Katsir dalam AlBidayah waAn-Nihayah (1/313) menyebutkan bahwa dalam periwayatannya ada yang tidak dikenal.
Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah berkata kepadaku bahwa orang yang tidak aku ragukan kredibilitasnya berkata kepadaku dari Umar bin Abdul Aziz bin Marwan yang berkata bahwa aku diberitahu dari Salman, ia berkata kepada Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ketika menceritakan jejak rekam hidupnya kepada beliau bahwa pendeta Ammuriyah berkata kepadanya: "Pergilah engkau ke daerah ini dan itu di wilayah Syam, karena di sana terdapat seorang laki- laki yang hidup di antara dua hutan. Pada setiap tahun, ia keluar dari satu hutan ke hutan lainnya karena senantiasa ditunggu oleh orang-orang yang sedang sakit. Setiapkali ia mendoakan salah seorang dari mereka, niscaya orang tersebut sembuh dari sakitnya. Tanyakanlah padanya tentang agama yang engkau cari, niscaya ia menjelaskannya padamu!"
Salman berkata: "Kemudian aku pergi ke tempat yang dijelaskan sahabatku itu. Di tempat tersebut kulihat orang-orang berkumpul dengan membawa keluarga mereka yang sakit. Pada suatu malam, orang tersebut keluar dari satu hutan ke hutan satunya, dan dibuntuti sekian banyak orang-orang. Dan jika ia mendoakan orang yang sakit, maka orang itu sembuh dari penyakitnya. Mereka lebih cepat datang kepada orang tersebut daripada aku. Akibatnya aku tidak bisa mendekat kepadanya hingga ia masuk ke hutan yang ingin ia masuki. Aku mengikuti orang tersebut.
Ia berkata: "Siapa engkau ini sebenarnya?" Ia menoleh kepadaku. kemudian aku katakan kepadanya: "Semoga Tuhan merahmatimu. Katakan padaku tentang perihal hanifiyyyah agama Ibrahim!"
Ia berkata: "Engkau menanyakan sesuatu yang tidak ditanyakan oleh siapapun pada hari ini. Telah dekat kepadamu zaman datangnya Nabi yang diutus dengan membawa agama tersebut dari tanah suci. Pergilah engkau kepadanya, pasti ia membawamu kepada agamanya!" Kemudian dia masuk.
Ibnu Ishaq berkata: Kemudian Rasulullah bersabda kepada Salman. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hai Salman, jika apa yang kamu ceritakan ini benar, sungguh engkau telah bertemu dengan Isa bin Maryam."17 Semoga salam terlimpah pada nabi kita dan Isa bin Maryam.
17. Sanadnya lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi pada hadits no. 675 dalam bukunya al -Dalail, Ibnu Sa'ad dalam al-Thabaqat (4/81) Adz-Dzahabi dalam at-Siyar (1/513) semuanya dari jalur muhammad bin Ishaq. Adz-Dzahabi berkata. Ibnu Ishaq meriwayatkan sendirian. Sedangkan Ibnu Katsir dalam AlBidayah waAn-Nihayah (1/313) menyebutkan bahwa dalam periwayatannya ada yang tidak dikenal.
No comments