DIANGKATNYA ILMU DAN TERSEBARNYA KEBODOHAN


Diangkatnya Al-Ilmu Tersebarnya Kebodohan
Oleh Taufiq Ramdhani
----


Bismillah..
Alhamdulillah, wa shalatu wa salamu 'ala rasulillah. Amma ba'du.
Ingatlah waktu, 

Waktu itu sangatlah berharga dari hari ke hari dari minggu ke minggu hingga dari menit ke menit, tak terasa sudah begitu jauh manusia hidup. Karena "waktu ibarat nafas yg tidak mungkin kembali" bahkan kita sering terlena dan tak ingat bahwa kita akan pulang, kita pasti akan dihisab, kita tidak menyadari bahwa kita akan mati.
Karena Allah berfirman:
“Tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahala kalian”. (Surat Ali `Imran: 185).

dengan ini kita menyimpulkan bahwa kematian itu adalah sebuah kepastian bagaikan sebuah nomor urut yg tidak tau kapan, dimana, dan siapa. Karena kematian bagaikan nomor cabut yg siapa saja baik itu tua, muda, sehat atau pun sakit dapat menimpa semua orang dimana pun & kapan pun. dan dari itu buruknya, semakin tuanya zaman maka semakin buruklah keadaan ini.
Nabi ﷺ bersabda,

لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ
"Tidaklah kalian menjalani suatu zaman, melainkan sesudahnya lebih buruk daripada yang sebelumnya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian." (HR. Al-Bukhari)

Begitu terasa dampak buruk dari apa yang di nubuwahkan oleh Nabi ﷺ tersebut. Selain itu, tanda-tanda akan dekatnya Hari akhir(kiamat) senantiasa terus mendatangi kita. Diantara tanda-tanda kiamat yang paling buruk dampaknya adalah diangkatnya ilmu dan tersebarnya kejahilan atau kebodohan. Rasulullah ﷺ telah mengabarkan diwaktu yg sangat lampau tentang tanda-tanda kiamat itu. Beliau  ﷺ bersabda:

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا
"Diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu, tersebarnya kebodohan, diminumnya khomer (minuman keras), dan zina secara terang-terangan." (HR. Al - Bukhari)

Dalam riwayat lain Nabi Muhammad Rasulullah ﷺ bersabda,

مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ
"Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan, perzinahan secara terang-terangan, jumlah perempuan yang lebih banyak dan sedikitnya laki-laki, sampai-sampai (perbandingannya) lima puluh perempuan sama dengan satu orang laki-laki." (HR. Al-Bukhari)

Allah maha kuasa untuk mencabut ilmu dari dasar-dasarnya. Disaat perkembangan zaman semakin maju, wasilah menuntut ilmu semakin mudah, namun bagaimana caranya Allah cabut ilmu padahal wasilah menuntut ilmu semakin mudah?

Ketahuilah wahai saudaraku, Allah mencabut ilmu di tengah-tengah modernisasi kemajuan zaman bukan dengan cara mencabutnya sekaligus, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama.

Karena Nabi ﷺ bersabda,
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengangkat ilmu dari manusia setelah diberikan kepada mereka. Akan tetapi Allah akan mengambil (mewafatkan) para ulama`, hingga jika setiap seorang Alim pergi, akan pergi pula ilmu yang ia miliki. Sehingga di dunia ini hanya tersisa orang-orang bodoh, mereka memberi fatwa tanpa landasan ilmu, hingga mereka sesat dan menyesatkan." (HR. Bukhari & Muslim)

Ketika ilmu sudah hilang dan kebodohan semakin tersebar luas, maka hilanglah semua yang ada. Urusan dunia akan hancur, urusan agama akan berantakan, kehidupan manusia akan dibimbing oleh penyimpangan

Amirul Mu'minin Ibnu Syihab mengatakan, 

كان من مضى من علمائنا يقولون: الاعتصام باسنة نجاة والعلم يقبض قبضا سريعا فنعش العلم ثبات الدين والدنيا و في ذهاب العلم ذهاب ذلك كله.
"Para ulama kita dahulu berkata, 'Berpegang teguh terhadap sunnah adalah keselamatan, dan ilmu merupakan kelangsungan bagi agama dan dunia, sedangkan jika ilmu telah hilang, maka hilanglah semua yang ada'." (Diriwayatkan oleh Ad-Darimi, Al-Lalika'i dalam Syarah I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jama'ah, Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah, dan Ibnu Mubarak dalam Az-Zuhd, derajatnya shahih)

Sungguh setiap kehancuran itu disebabkan karena terangkatnya ilmu. Lihatlah ketika sebagian dari kita tidak mau mengambil ilmu sebagai pedoman hidupnya, enggan merujuk kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai sumber ilmunya. Malah kebanyakan manusia saat ini menjauhi sumber ilmu yang haq kebenaran dari tuhan pencipta langit dan bumi dan beralih kepada sumber kebodohan. Entah itu bertaklid buta, atau berpedoman kepada tokoh-tokoh yang jauh dari ajaran Al-Qur'an dan As-Sunnah. Pada akhirnya kehidupannya pun jauh dari Irsyad, petunjuk.

Maka dari itu, wajib bagi kita untuk senantiasa menuntut ilmu, merujuk pada Al-Qur'an dan As-Sunnah di atas pemahaman para salafusshaleh , Generasi awal umat ini, generasi terbaik. tidak ada manusia yg lebih baik dalam mengamalkan Din melebihi para sahabat. Kenapa? Karena dari merekalah Islam sampai kepada kita, Merekalah yang secara langsung mendengar, melihat, mengamalkan wahyu yang turun dari langit, dari Allah tuhan semesta alam melalui lisan rasulullah yang mulia, karena tidak mungkin setelah rasulullah wafat syariat islam sampai kepada kita kalau tidak melalui jasa mereka, yaitu para sahabat. Merekalah wakil – wakil Islam. Karena mereka telah mendapat jaminan langsung dari Allah keridhoan langsung dari pemilik segala apa yang ada dilangit dan dibumi. 

Allah Ta'ala Berfirman :
 “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100)

Lalu Pertanyaannya apakah kita telah mendapat ridho dari Allah? Lalu Bagaimana cara mendapkan keridhoan-Nya? tidak lain hanya ada satu jalan yaitu, Melakukan seluruh amalan dalam Islam sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah, melalui pemahaman salaf (para sahabat). Karena merekalah yang paling paham akan Firman Allah dan Sunnah Rasulullah ﷺ, medahulukan perkataan Allah & Rasul-Nya diatas perkataan seluruh manusia walaupun perkataan itu secara dzohir atau mungkin dilain sisi terlihat baik. Tetapi satu hal yang harus dijadikan pegangan bagi kita, lebih pahamkah mana kita kebaikan dibanding Rasulullah ﷺ ? 

Hatta, secara akal pikiran kita mungkin belum sampai untuk memahaminya tetapi wahyu yang turun dari langit pasti benar, walaupun secara akal pikiran kita tidak menyukainya kita diperintahkan oleh Allah samina wa athona. Kami dengar dan Kami taat. Walaupun kita belum menyukainya atau memahaminya karena kurangnya ilmu kita. Kita diperintahkan untuk taat Karena pasti, Suatu kepastian apa yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya pasti tentu baik untuk kita. Walau pun kita sendiri belum menyukai hal tersebut atau memahaminya secara utuh. Karena Allah menyuruh kita untuk menjalankannya bukan menimbang-nimbang dengan akal kita yang yang sangat lemah, yang jika dibandingkan dengan satu ciptaan Allah pun belum tentu setara dengan apa yang Allah ciptakan karena Allah maha perkasa sedangkan kita ini lemah. 

Ketahuilah Allah tidak akan pernah medzolimi hamba-Nya walau sekecil dzaroh pun. Maka dari itu lakukanlah, Taatilah apa yang Allah perintahkan dan jauhi apa yang Allah larang, karena akal diciptakan oleh Allah dan wahyu pun turun dari Allah, Maka sebuah ketidak mungkinan bila wahyu dan akal saling berbenturan saling berkontradiksi karena dalil, wahyu, tidak mungkin salah  sedangkan akal itu terbatas dan tiap-tiap apa yang ada dikepala manusia pasti berbeda, maka dari itu wahyu Al-Quran dan As-Sunnah adalah hujjah yang mutlak harus kita ikuti dan jangan kita memaksakan medahulukan pendapat siapapun dibanding pendapat Allah & Rasul-Nya. walaupun orang-orang yang menyelisihinya sangatlah banyak, karena tolak ukur kebeneran bukan dari banyaknya pengikut tapi dari Dalil hujjah,

Padahal Allah Ta’ala menegaskan bahwa yang keluar dari syariat adalah yang banyak.
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ
 “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS. Al An’am: 116)

Dalam ayat lainnya disebutkan bahwa yang tidak tahu malah kebanyakan orang.
وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
 “Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Al A’raf: 187)

Malah kebanyakan orang adalah fasik.

وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِمْ مِنْ عَهْدٍ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ
“Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.” (QS. Al A’raf: 102)

Sejatinya yang berpegang teguh pada kebenaran hanyalah sedikit.

وَمَا آَمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ
“Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit. ” (QS. Hud: 40).

pengikut para Nabi itu sedikit. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلَانِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ
“Aku melihat seorang nabi yang hanya memiliki beberapa pengikut (3 sampai 9 orang). Ada juga nabi hanya memiliki satu atau dua orang pengikut saja. Bahkan ada nabi yang tidak memiliki pengikut sama sekali.” (HR. Bukhari no. 5752 dan Muslim no. 220).

Ada Nabi yang pengikutnya banyak, ada nabi yang pengikutnya sedikit. Ini menunjukkan bahwa tidak selamanya jumlah pengikut yang banyak menunjukkan atas kebenaran. Yang jadi patokan kebenaran bukanlah jumlah, namun diilihat dari pedoman mengikuti Al Qur’an dan hadits, siapa pun dia dan di mana pun dia berada.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menjelaskan bahwa orang yang berpegang pada kebenaran itu terasing.

بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145, dari Abu Hurairah).

Dan kita tidak bisa menutup atau berpura pura buta dan memang islam telah berpecah sebagaimana yang di nubuwahkan rasulullah, Shoqaqorasulullah, ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang hadits iftiraq (akan terpecahnya ummat ini menjadi 73 golongan):
 “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahlul Kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-Jama’ah.” HR. Abu Dawud (no. 4597), Ahmad (IV/102), al-Hakim (I/128), ad-Darimy (II/241)

Abdullah Ibnu Mas’ud Radhiyallahu’anhum pun menafsirkan al Jama’ah :

 الجماعة ما وافق الحق وإن كنت وحدك
“Yang disebut jama’ah adalah jika mengikuti kebenaran, walau ia seorang diri.” 

Dalam riwayat lain disebutkan:
“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para Shahabatku berjalan di atasnya.” HR. At-Tirmidzi (no. 2641)

Maka dari itu, Sesungguhnya para ulama mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap ‘aqidah Salafush Shalih. Mereka menulis kitab-kitab yang banyak sekali untuk menjelaskan dan menerangkan ‘aqidah Salaf ini, serta membantah orang-orang yang menentang dan menyalahi ‘aqidah ini dari berbagai macam firqah dan golongan yang menyimpang. Karena sesungguhnya ‘aqidah dan manhaj Salaf ini dikenal dengan riwayat bersambung bahwa dengan ‘aqidah salaf ini akan mengikat seorang Muslim dengan generasi yang pertama, Kunci bagi kita agar selamat yaitu berpegang pada Al-Quran dan Sunnah sesuai pemahaman  para Shahabat ridhwanullahi ‘alaihim jamii’an yang mereka itu adalah sebaik-baik manusia dan ummat.

Maka dari itu bersungguh-sungguhlah dalam mempelajari ilmu wahai saudaraku. Semoga Allah menjaga kita dan memperbaiki keadaan kita.

Tulisan ini memang masih jauh dari kata sempurna. Yang benar bersumber dari Allah. Sedangkan yang salah berasal dari kami, Allah dan Rasul-Nya terlepas dari kesalahan kami. Dan kami memohon ampun kepada Allah atasnya. demi tegaknya kebenaran dan untuk mengharapkan limpahan ridha, rahmat dan barakah dari Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga Allah menerima amal-amal kita. Shalawat beriring salam semoga selalu tercurah kepada teladan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para sahabat dan seluruh pengikut mereka hingga kita berjumpa dengan Allah. Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam.

Barakallah Udah bisa kerjasama dalam 'Insya Allah' membangun umat
Jazakallah Khair Abu Mayl, Taufiq Ramdhani
****

No comments