Minhajul Muslim : Adab Terhadap Allah Subhanahu Wa ta 'ala

Buku : Minhajul Muslim 'Konsep Hidup Ideal Dalam Islam'
Karya : Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza'iri (Pengajar tetap di Masjid Nabawi)
Bab ADAB (pasal Kedua dalam buku Minhajul Muslim. Hal 134-139)

Adab Terhadap Allah Subhanahu Wata 'Ala

Seorang Muslim memperhatikan segala sesuatu yang telah diberikan Allah kepadanya dengan tiada terhingga, yakni berupa kenikmatan yang terhitung, terlindungnya dia pada saat menempel di dalam rahim ibunya ketika berupa nuthfah (air mani), menentukan perjalanan hidupnya sehingga hari bertumu dengan Rabb nya. Maka ia bersyukur kepada Allah atas nikmat itu dengan lisannya, yakni memuji dan menyanjungNya secara sistematisnya. Juga bersyukur kepada Allah dengan anggota badan dengan cara menggunakannya di dalam ketaatan kepada Allah Ta'ala. maka ini menjadi Adab seorang Muslim kepada Allah, dan bukan baggian dari adab yang baik seseorang mengingkari  nikmat, tidak mengakui karunia pemberi, dan mengingkariNya, serta kebaikan dan NikmatNya.

Allah berfrman :

"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)... " (Qs. An-Nahl :53).

Juga berfirman  :
 "Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, maka kalian tidak akan sanggup menghitungnya." (Qs. An-Nahl : 18) . 
"Karena itu, ingatlah kalian kepadaKu niscaya Aku ingat (pula) kepada kalian, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)Ku ". (Qs. Al-Baqarah :152).

Seorang Muslim memperhatikan bahwa Allah mengetahui apa yang dilakukan dan mengawasi seluruh tindak tanduknya, maka hatinya akan di penuhi dengan keagunganNya, dan jiwa nya menjadi tunduk dan selalu menganggungkanNya. Lalu dia akan takut untuk bermaksiat kepad-Nya, malu untuk menyelisihi perintahNya. Ini semua merupakan adab kepada Allah Ta'ala, karena bukan termasukadab yang baik seorang hamba yang terang-terangan bermaksiat kepada Rabbnya, atau membalas kebaikanNya dengan berbagai keburukan dan perilaku rendahal padahal Dia menyaksikan dan dia Melihatnya, Allah Berfirman :

"Mengapa kalian tidak perccaya akan kesabaran Allah. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kalian dalam beberapa tingkat kejadian?" (Qs. Nuh : 13-14)
"Dia Allah)mengetahui apa-apa yang kalian rahasiakan dan apa-apa yang kalian perlihatkan." (Q.s An - Nahl : 19)
"Kamu tidak berada dalam kuatu keadaan dan tidak membaca ayat dari Al-Qur'an dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Rabbmu biarpun sebesar Dzarah (ataom) di bumi ataupun di langit." (Qs. Yunus : 61)

Seorang Muslim yakin bahwa Allah berkuasa atasnya, Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya (menguasainya) dan bahwasanya tidak ada tempat berlindung dan lari dariNya kecuali  hanya KepadaNya semata. Maka hendaknya ia lari menuju Allah, menghambur kehadapanNya, menyerahkan seluruh urusan hanya kepadaNya, dan bertawakal KepadaNya. Ini semua merupakan ada kepada Rabb dan Penciptanya.

Oleh karena itu tidaklah beradab jika seseorang lari kepada sesuatu yang tidak memiliki tempat pelarian, bersandar kepada yang tidak memiliki kemampuan apapunserta bertawakal kepada yang tidak memiliki daya upaya dan kekuatan. Allah berfirman :

"Tidak ada suatu binatang melatapun melainkan Dia-lah yang memegang ubun-ubunnya." (Qs. Hud : 56)

"Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu." (Adz-Dzarriyat:50)

Juga FirmanNya,

"Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (Qs. Al-Maidah : 23)

Seorang Muslim Juga memperlihatka kelemahlembutan Allah Ta'ala kepadaNya di setiap urusanya, memperlihatkan kasih sayang Allah kepada dirinya dan seluruh makhlukNya, lalu berkeinginan kuat untuk mendapatkan tambahan kelembutan dan kasih  sayang itu. Sehingga dirinya akan selalu merendahkan diri kepadaNya dengan kerendahan yangg Murni dan dengan Do'a, bertawasul kepadaNya dengan perkataan yang baik dan amal Shalih.

Ini semua merupakan adab terhadap Allah yang menguasaiNya, maka bukanlah orang yang beradab orang yang berputus asa dari mencari tambahan RahmatNya yang luasnya meliputi segala sesuatu, berputus asa dari kebaikan Allah yang tidak terhingga yang mencakup seluruh Alam semesta, serta kelembutanNya yang tercurah untuk segenap makhluk.

Allah Ta'ala berfirman,
"Dan RahmatKu meliputi segala Sesuatu". (Qs. Al-A'raf:156)
"Allah Maha lembut terhadap Hamba-hambaNya". (Qs. Asy-Syura: 19)
"Dan Janganlah kamu berputus asa atas Rahamat Allah." (Qs. Yusuf : 87)
"Janganlah kamu berputus asa atas Rahmat Allah". (Qs. az-Zumar : 53)
Seorang muslim memperhatikan bagaimana dahsyatnya siksaan Rabbnya, kerasnya azab dan kecepatan HisabNya, sehingga dia bertaqwa (takut) kepadaNya dengan menaatiNya, dan menjaga diri terhadapNya dengan meninggalkan segala kemaksiatan, maka inipun merupakan bentuk adab kepada Allah. Sehingga tidaklah seseorang itu beradab, menurut orang yang berakal, apabila ia menentang Allah dan berlaku aniyaya (Dzalim), padahal ia seorang hamba yang lemah namun justru menentang Rabb yang Maha Perkasa lagi Maha  Kuasa, Maha Kuat lagi Maha Perkasa, Dia telah berfirman,

"Dan apabila Allah telah menghendaki suatu keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia". (Qs. Ar-Rad:4)
"Sesungguhnya azab Rabbmu benar-benar keras". (Qs. Al-Buruj:12)
"Allah Maha Perkasa lagi mempunyai  balasan (Siksa)". (Qs. Ali Imran : 4)

Seorang Muslim hendaknya meandang kepada Allah ketika ia berbuat maksiat  atau keluar dari ketaatan KepadaNya, bahwa seakan-akan ancamanNya telah sampai kepadanya, azabNya seakan telah turun, balasanNya telah tiba di sekitarnya. Demikian pula ketika dia melakukan ketaatan dan mengikuti SyariatNya, maka seakan-akan Allah telah membuktikan janjiNya kepadanya. Seolah-olah keridhoanNya telah diberikan, sehingga dengan itu jadilah ia seorang muslim yang berbaik sangka kepada Allah . Dan baik sangka (Husnuzhzan) kepada Allah merupakan salah satu adab seorang muslim kepada Allah, maka bukan merupakan adab kepada Allah jika seorang muslim berburuk sangka (Su'uzhan) kepadaNya, sehingga dia keluar dari ketaatan kepadaNya, mengira bahwa Allah tidak memperhatikannya serta tidak akan memberikan balasan atas dosa yang dia kerjakan itu, padahal Allah Ta'ala berfirman,
"Bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan. Dan yang demikian itu adalah  prasangka yang telah kamu sangka terhadap Rabbmu, prasangka itu telah membinasakan kamu, maka jadilah kamu termasuk orang-orang yang merugi." (Qs. Fushilat : 22-23)

Juga bukan merupakan adab kepada Allah jika seseorang bertaqwa kepada Allah, menaatinNya namun berprasangka bahwa Allah tidak akan memberikan balasan kepadanya atas amal baik yang telah dia kerjakan itu, atas ketaatan, dan ibdahnya, padahal Allah Ta'ala berfirman, 

"Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan RasulNya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepadaNya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan". (Qs. An-Nur : 52)

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (Qs. An-Nahl : 97)

"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan)."(Qs. Al-An'am : 160)

Kesimpulan dari pembahasan ini adalah bahwa syukurnya seorang Muslim kepada Rabbnya atas nikmat yang di berikan, rasa malu kepadaNya ketika condong kepada perbuatan Maksiat, kembali kepadaNya secara benar, bertawakal KepadaNya serta mengharap Rahmat Nya, kemudia taku tterhadap SiksaNya, berbaik sangka kepadaNya akan kebenaran janjiNya serta pelaksaan ancaman bagi siapa yang di kehendaki di antara hamba-hambaNya , maka ini semua merupakan adab-adab terhadap Allah Ta'ala. Semakin tinngi tingkat Tamassuk (berpegang teguh)  dengan adab ini dan semakin seseorang menjaganya, maka menanjak posisinya serta kemuliaannya makin besar sehingga jadilah dia termasuk di antara orang-orang yang berada dalam wilayah (Cinta dan Pembelaan) Allah, dalam pemeliharaanNya, di liputi RahmatNya serta berhak mendapatkan kenikmatan-kenikmatan dariNya.

Inilah yang senantiasa didamba-dambakan oleh seorang muslim dan menjadi anganNya sepanjang hidup

Ya Allah, berikanlah kepada kami cinta dan pembelaanmu, janganlah engkau halangi kami dari penjagganMu, dan jadikanlah kami semua di sisiMu sebagai al-muqarrabin (Orang yang dekat denanMu), Ya Allah , Ya Rabb seru sekalian alam

No comments