Filsafat Muslim : Sejumlah Karya Al-Farabi (258H-339H)

Karya Karyanya Al-Farabi



Ia meninggalkan sejumlah besar tulisan yang penting; bahkan bila kita mempercayai laporan-laporan beberapa penulis biografi, seperti al-Qifti atau Abi Usaibi’ah, jumlah tulisannya itu ialah tujuh puluh buah memang kecil, bila dibandingkan dengan karya-karya para filosof pada masanya, terutama al-Kindi dan al-Razi yang dokter itu.


Tetapi harus kita ingat bhawa dalam daftar-daftar karya-karya kedua sarjana ini, para penulis biografi sering menyebutnya buku yang sama dengan, mungkin lebih, judul yang berbeda dan lebih banyak berupa artikel atau ulasan-ulasan pendek.

Karya-karya al-Farabi dapat dibagi menjadi dua, satu di antaranya mengenai logika dan yang lainnya mengenai bidang lain. Karya-karya tentang logika menyangkut bagian-bagian berbeda dan Organon-nya Aristoteles, baik yang berbentuk komentar maupun ulasan panjang.

Kebanyakan tulisan ini masih berupa naskah; dan sebagian besar dari naskah-naskah ini belum ditemukan. Sedang karya-karya kelompk kedua menyangkut berbagai cabang pengetahuan filsafat, fisika, matematika, metafisika, etika dan politik. Sebagian di antaranya telah ditemukan, dan hal ini memperjelas berbagai aspek pemikiran filosofis al-Farabi.

Tetapi sebagian lainnya meragukan dan kepenulisannya tentangnya merupakan masalah kontroversial, seperti dalam hal Fusu al-Hikam (Permata Kebijaksanaan) atau al Mufariqat (Keterpisahan). Di dalam kelompok ini studi ilmiah yang sebenarnya tidak dilakukan al-Farabi malah tidak menyinggung masalah kedokteran, dan pembahasannya tentang kimia cenderung sekedar mempertahankan pendapat daripada bentuk penelitian dan analisi.

Ibn Khalikan mungkin benar, bila ia menjelaskan bahwa al-Farabi menulis hampir semua bukunya di Baghdad dan Damaskus. Tidak terdapat tanda-tanda bahwa ia pernah menulis buku pada usia sebelum lima puluh tahun, kalau pun ia menulis beberapa tulisan demikian, tak dapat dipastikan apakah karya-karya itu berupa teologi atau filsafat yang saling bertentangan.

Beberapa sarjana telah berusaha menulis daftar kronologis karya-karyanya. Tetapi orang dapat menyangsikan nilai daftar seperti itu, karena seluruh karyanya ditulis pada tiga puluh tahun terakhir dari masa hidupnya ketika ia mulai menulis sebagai filosof yang sepenuhnya telah matang dan tentu tidak diperoleh suatu perubahan atau perkembangan dalam pemikiran atau doktrinnya selama periode ini.

Langgam al-Farabi bersifat ringkas dan tepat. Ia secara hati-hati memilih kata-kata dan pernyataan-pernyataan, sebagai mana ketika ia secara mendalam memikirkan pendapat-pendapatnya dan pemikiran-pemikirannya. Ungkapan-ungkapannya mempunyai arti yang menghujam. Itulah sebabnya kenapa Max Harton memberikan komentar panjang lebar untuk menerangkan risalah 
kecilnya yang berjudul Fusus al-Hikam.

Baca Juga : Tentang Al Farabi

Al-Farabi mempunyai langgam yang isitmewa siapa pun terbiasa dengannya akan mengikuti hal ini. Ia menghindari pengulangan dan penambahan yang berlebihan serta lebih senang dengan hal-hal yang ringkas. Tampaknya al-Farabi condong kepada ajaran esoteris dan berpendapat bahwa filsafat tidak dapat diberikan kepada sembarang orang, dan bahwa para filosof harus menerangkan gagasan-gagasannya yang teka-teki dan bermakna ganda. Bahkan sampai sekarang, bukanlah pekerjaan yang mudah memahami arti dan maksud ungkapan-ungkapan Farabi.

Metode yang dia pakai hampir sama dengan langam yang dimilikinya. Ia mengumpulkan dan menggeneralisasi, ia menyusun dan menyelaraskan, ia menganalisa untuk menulis, ia membagi dan membagi lagi agar terpusat dan terkelompokkan. Dalam beberapa tulisannya, pembagian dan penggolongan tampak hanya sebagai tujuan belaka.

Risalahnya yang berjudul “Apa yang Harus Dipelajari Sebelum Mencoba Filsafat” berbentuk indeks aliran-aliran filsafat Yunani, arti judul-judul dan nama-nama pengarangnya. Ia terutama memusatkan diri pada pengkajian tujuan-tujuan dan langgam karya-karya Aristoteles. Bukunya yang berjudul “Klasifikasi Ilmu” merupakan upaya pertama untuk jenis karya ini dalam sejarah pemikiran Muslim.

Al-Farabi gemar kebalikan, ia memang memberikan kebalikan hampir pada setiap istilah yang digunakannya, sehingga penolakan berarti pengesahan, dan Kejadian, Bukan Kejadian. Ia menulis sebuah risalah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Dalam risalah ini, ia memberikan pernyataan yang ia hadapkan dan pertentangkan dengan lawannya, dengan maksud mendapatkan penyelesaian yang baik. Hal ini mengingatkan kita kepada Parmanide-nya Plato.

Perhatian utamanya ialah menegaskan dasar-dasar teori dan landasan doktrin, mempercerah kegelapan-kegelapan dan membicarakan masalah-masalah kontroversial untuk memperoleh kesimpulan yang benar. Tetapi, ia sedikit sekali memperhatikan topik-topik yang dianggap biasa dan apa yang ia duga dapat terbukti dengan sendirinya, ia kesampingkan tanpa usaha menjelaskannya.

Contoh tepat dalam hal ini ialah karangannya yang berujudl “Tujuan Stagirite”. Buku ini sangta erat kaitannya dengan pendahuluan atau kritik kita terhadap sesuatu buku baru. Buku ini sangat bermanfaat dibandingkan dengan karya serupa yang ditulis oleh filosof sejamannya. Tak mengherankan bila ibn Sina mendapatkan dalam risalah ini kunci “Metafisika” Aristoteles.


Karya-karya al-Farabi tersebar luas di Timur pada abad ke-4 dan 5 H/ ke-10 dan 11 M, dan mungkin mencapai Barat ketika sarjana-sarjana Andalusia mengjadi pengikut al-Farabi. Beberapa tulisannya telah pula diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan Kristen. Karya-karya ini telah diterbitkan pada sepuluh tahun terakhir abad ke-13 H/ke-19M, dan beberapa di antaranya diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa Eropa moderen.

Tetapi pada saat ini masih diperlukan lagi sejumlah besar publikasi kembali dengan penyuntingan cermat, terutama karena sekarang ini perpustakaan-perpustakaan di Istanbul telah lebih banyak terbuka bagi kita daripada sebelumnya, dan kita dapat mengisi kesenjangan melalui jalan itu.a

No comments