SharingTime : Alasan Logis mengapa Muslim tidak perlu mengucapkan Selamat Natal (Secara Historis, Dalil, Rasional, dan Fakta)





Asslamu alaikum warhmatulahi wa barakatuh
Bismillahirohman nirohim.



Ngomongin soal natal, masih ada saja di antara kita(muslimin) yang tidak memperdulikan tentang hal ini. entah itu dari mengucapkan/Pengucapan atau bahkan sampai pada perayaan. Naudzubillah!
Beberapa muslim di luarsana dengan perasaan sangat biasa melafalkan ucapan selamat akan perayaan ini, padahal dalam Islam ini jelas-jelas keliru dan bahkan sikap ini adalah bentuk penyimpangan aqidah.

Sebelum lebih lanjut ada baiknya kita mulai dari Apa Itu Natal ?
Kata google Translate Natal itu artinya Hari kelahiran/kelahiran dalam bahasa Portugis, Taraf kelahiran dalam bahasa Inggris. jadi dapat disimpulkan bahwa Natal itu identik dengan kelahiran, dalam konteks ini maka perayaan natal adalah sebuah perayaan Hari kelahiran. nah yang perlu kita tahu siapa sih yang dilahirkan dan apa yang menjadi halangan seorang Muslim untuk tidak perlu atau bahkan di larang untuk megucapkannya, karena banyak kaum liberal atau sebagian muslim yang tidak paham mengenai hal ini, melakukan hal demikian. Walaupu itu hanya dilakukan dalam bentuk ucapan saja tapi masih tetap dinilai sebagai pengingkaran dan pelanggaran. Kenapa ?


Pertama ,Siapa sih yang di lahirkan ?
Yang dilahirkan menurut kepercayaan Umat Kristen(yang sekarang) pada tanggal 25 Desember adalah kelahiran Yesus Kritus. Yesus dilahirkan pada bulan Desember tanggal 25 oleh wanita perawan bernama Maryam. Sebagaimana juga yang kita Imani bahwa beliau (Yesus/Isa) lahir dari seorang perawan Shalihah yang tidak pernah di sentuh oleh lelaki manapun, Maryan Binti Imran.

Namun menerut mereka Yesus adalah anak tuhan, sekaligus tuhan atau jelmaan dari tuhan(Allah), Istilahnya Inkarnasi;Inri (penjelmaan). jadi perayaan natal adalah perayaan Hari kelahiran Anak Tuhan yang bernama Yesus Kristus. Memang konsep yang sangat bersinggungan dengan konsep agama nabi-nabi sebelumnya yang menganut bahwa Tuhan itu satu dan menyuruh Utusannya atau nabinya menjalankan tugas dengan melewati perantaranya yaitu malaikat.

Lantas jika ada seorang muslim mengucapkan "Selamat Natal;Misal" Maka dia telah melanggar konsep tersebut atau mengingkari ayat Al-Qur'an yang berkata bahwa "Allah tidak beranak dan tidak di peranakan" (Qs. Al Ikhlas), bahkan Allah mengancam siapapun yang berkata bahwa Allah memiliki Anak/beranak (Qs. Maryam Ayat 90-91). Maka dari itu kita selaku muslim tidak layak melakukan hal demikian sekalipun itu hanya dalam ucapan.


Klaim kaum Liberal mungkin akan bilang : kan cuman Ucapan, Jangan di ambil pusing. Ini bentuk Toeransi!
Ya toleransipun memiliki ukuran, salah satu toleransi yang Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa salam lakukan atau contohkan pada kita adalah, saat kasus penawaran nabi untuk menyembah tuhan yang orang-orang Quraish pada saat itu sembah, dan yang nabi katakan cukup sederhana, bahkan sangat amat sederhana , beliau berkata "Lakum dinnukum walyadinn" Untukmu agamamu, untukku agamaku, dalam perkara ini nabi menyerahkan kepada kehendak masing-masing bahwa tidak ada pasksaan untuk melakukan apa yang orang lain lakukan dalam kepercayaannya.
*Lebih lengkap : Lihat Asbabun Nuzul Surah Al - Kafirun

Ini toleransi yang nabi ajarkan, yaitu kebebasan dalam menjalankan Agama. Jadi jangan juga kita merasa tidak toleransi ketika tidak dapat mengatakan atau mengucapkan hari Raya Mereka(Natal), toh di Undang-undang juga telah kita sepakati bahwa : 
Pasal 28 E UUD 1945 Menyatakan :
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamannya
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Bahakan, Pasal 29 (2) UUD 1945 Menyatakan bahwa "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-maasing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Ya jadi,,, adanya bentuk penolakan dalam pengucapan ataupun sesuatu yang dapat melanggar dari kepercayaan tersebut, adalah kewajiban kita selaku umat Muslim. Dan Hak kita mendapatkan kebebasan dalam menjalankannya seperti tertuang dalam UUD di atas adalah Normal dan sikap adil yang negara berikan/ salah satu fasilitas negara yang lumrah untuk di nikmati (dilakukan/dijalankan/dituruti).

Misal Masih keukeuh : Itukan cuman ucapan !
Sejak kapan sih kita mulai mengabaikan atau menganggap bahwa ucapan bukan suatu yang penting dan berpengaruh. Tidak sedikit orang menangis karena ucapan, akad nikah pun dilakukan lewat ucapan, di sahkan lewat ucapan, seseorang bisa down atau terserang mentalnya lewat ucapan, dan bahkan seorang yang mau menerima Islam sebagai agamannya dia pun mengucapkan kalimat syahadat yang dimana lagi-lagi itu di ucapkan lewat lisan. 

Nabi juga bilang :
"Sungguh ada seseorang yang mengucapkan suatu kalimat yang membuat Allah murka, ia menganggap PERKATAAN ITU BIASA SAJA, padahal hal itu menjerumuskan kedalam neraka Jahanam sejauh 70 tahun perjalanan" (Hr. Al-Bukhari)
Bahkan beliau juga sempat ditanya, Dosa apa yang banyak mengakibatkan manusia masuk kedalam Api neraka?, beliau menjawab “(Dosa) lidah dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no. 2004) 

Apakah kita akan tetap menyangkal, menyepelekan/menganggap biasa saja pada posisi dan keutamaan dari ucapan/Lisan ?
 Misal
Q : apa susahnya sih, padahal kan cuman ucapan?

ya tinggal jawab aja!

A : apa susahnya ? padahalkan tinggal DIAM!!

Lanjut...

kapan sih natal itu ada, apakah perayaan ini dilakukan oleh umat kristen angkatan awal;Ebionit(200 tahun sebelum ada ajaran gereja).

Ada yang mengatakan bahwa natal ini tidak dilakukan oleh kristen angkatan pertama, sekitar 200 tahun kebelakang sebelum Yesus wafat(Versi mereka). Dan mereka yang tidak melakukan perayaan inipun beranggapan bahwa pelaku : Perayaan Hari Natal adalah sesat, mereka anggap itu sebuah Bid'ah kegiatan yang menyimpang dari ajaran Kekristenan.

Bukan cuman itu, dari hari kelahiranpun sebagain mereka berkata bahwa tidak di temukan tanggal 25 desember sebagai kelahiran Yesus dalam Bible, dan kelahiran itu tidak benar, karena 25 desember musim salju/dingin sedangkan Maryam saat melahirkan sedang diam dan berada di tempat yang berumput, dan ada sungai. ini sebagian klaim dari yang menggangap bahwa 25 Desember bukan kelahiran Yesus.
Alkitab tidak memberi tahu tanggal kelahiran Yesus atau menyuruh kita memperingati hari kelahirannya. Cyclopedia karya McClintock dan Strong menyatakan, ”Perayaan Natal bukan suatu ketetapan ilahi, juga tidak berasal dari PB [Perjanjian Baru].”

Malah, dengan menyelidiki sejarah Natal, kita akan mengetahui bahwa Natal berasal dari ritual kekafiran. Alkitab memperlihatkan bahwa kita menyakiti hati Allah jika kita menyembah Dia dengan cara yang tidak Ia sukai.—Keluaran 32:5-7.

Lah! bahkan di kalangan mereka saja ini masih menjadi perdebatan, lalu untuk apa kita ikut campur dan tiba-tiba ikut mengucapkan selamat pada hal tersebut. bukannya itu tidak RASIONAL ya ??

Maka jika kita ditanya mengapa kita tidak mengatakan hal demikian atau mengucapkan selamat kepada hari raya tersebut, jawab saja dengan baik dan sopan, dalam ajaran kami (Islam), bahwa hal demikian tidak diperkenankan, mohon untuk bisa di pahami oleh teman-teman/sodara nasrani dimanapun berada. (teman da sodara dalam konteks Hal kemanusiaan)

Semoga Allah lindungi dan beri kita ilmu yang bermanfaat dan menjaga Iman kita, Aamiin :)

No comments