Ilmu Sosial & Budaya : Hakikat manusia, Pandangan Hidup manusia, Kebudayaan dan Perdaaban, Perspektif Interaksi sosial



Ilmu Sosial & Budaya

 Pembahsan
  1. Pengertian Hakikat Manusia 
  2. Pandangan Hidup Manusia
  3. Kebudayaan dan peradaban
  4. Prespektif Interaksi Sosial

Hakikat Manusia

Pengertian Hakikat Manusia

Manusia berasal dari bahasa sansekerta yaitu manu yang berarti berakal, berfikir. Dalam sejarah, homo berarti manusia. Manusia juga dikatakan sebagai makhluk yang paling sempurna karena memiliki:

· Harkat yaitu harga diri.
· Martabat yaitu kedudukan sebagai manusia.
· Derajat yaitu sesuatu yang perlu kita cari berdasarkan kedudukan.

Manusia juga memiliki daya jiwa, yaitu:

· Cipta yaitu sifat kreatif manusia dengan ciptaannya selalu mencari hal-hal yang baru dan yang belum pernah ada.

· Rasa yaitu dorongan dalam diri manusia untuk mencari keindahan rasa, oleh sebab itu dengan daya ciptanya membentuk berbagai macam, manifestasi jasa didalam seni.

· Karsa yaitu suatu kehendak kodrat untuk mengabdikan diri pada kekuasaan yang tertinggi. Jadi ingin tahu dari mana asalnya manusia dan akan kemana kembalinya.

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk hidup yang paling sempurna, melebihi ciptaan Tuhan yang lain. Manusia terdiri dari jiwa dan raga yang dilengkapi dengan akal pikiran serta hawa nafsu. Tuhan menanamkan akal dan pikiran kepada manusia agar dapat digunakan untuk kebaikan mereka masing–masing dan untuk orang disekitar mereka. Manusia diberikan hawa nafsu agar mampu tetap hidup di bumi ini.

Menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk individu, berarti mempunyai keperluan, kepentingan, atau cita-cita yang berbeda-beda dalam suatu hal. Sedangkan manusia sebagai makhluk sosial memiliki ciri-ciri hidup berkelompok, memiliki kemampuan berkomunikasi, kesamaan rasa, atau bekerja sama yang dirangkum dalam nilai-nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan, dan nilai berorganisasi. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki fungsi biologis, proteksi, sosialisasi/pendidikan, supportive dan ekspresive.

Dari fungsi-fungsi ini diharapkan bukan saja menjadi landasan, materi kegiatan dan bahkan pendekatan/proses-proses dalam merancang, mengoperasikan, mengevaluasi program pendidikan non formal. Hakekat Manusia Adalah Sebagai Berikut:

1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.

3. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.

4. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas

5. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.

6. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.


MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup. Sedangkan pandangan hidup itu sendiri bersifat kodrati. karena itu menentukan masa depan setiap manusia. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa arti pandangan hidup itu sendiri. Pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, dan petunjuk hidup di dunia.

Pendapat atau pertimbangan itu sendiri merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.

Pandangan hidup itu banyak sekali macam dan ragamnya. Dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya ada 3 macam, yaitu :

1. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya.

2. Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.

3. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.

CITA-CITA

Cita-cita adalah keinginan, harapan dan tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Itu semua merupakan yang harus diperoleh seseorang pada masa mendatang.

Apabila cita-cita itu tidak bisa terpenuhi, maka cita-cita itu sendiri di sebut dengan angan-angan. Diantara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Ada 3 faktor yang mempengaruhi untuk mencapai cita-cita tersebut, yaitu :

1. Faktor Manusia, tergantung dari dirinya sendiri apa dia mau mencapai cita-citanya atau tidak. Dan harus dilakukan dengan usaha nya sendiri.

2. Faktor kondisi, sesuai kondisi yang sedang dia rasakan. Apa dia bisa menempati sesuai kondisi yang dia alami atau tidak.

3. Faktor tingginya cita-cita, semakin tinggi cita-cita kita semakin besar pula usaha yang harus kita lakukan tergantung apa cita-cita yang kita inginkan.

KEBAJIKAN

Kebajikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakekatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma agama dan etika. Manusia berbuat baik karena menurut kodratnya manusia itu baik, makhluk yang bermoral dan beretika. Atas dorongan suara hatinya cenderung manusia untuk berbuat kebaikan. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya : manusia yang hidup bermasyarakat, manusia yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, manusia saling tolong menolong dan saling menghargai sesama umat manusia. Sebaliknya pula manusia saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya. Ada3 hal faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap manusia, yaitu :

1. Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan.
2. Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang baik maupun tidak baik.
3. Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup dan hingga sampai dewasa.

USAHA / PERJUANGAN
Usaha atau perjuangan adalah kerja keras untuk mewujudkan suatu cita-cita yang di inginkan. Setiap manusia harus bekerja keras demi kelangsungan hidupnya. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau perjuangan. Perjuangan untuk hidup itu sudah kodrat manusia, tanpa usaha atau perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Bila kita menginginkan sukses kunci nya kita harus berusaha dan berdoa. Berusaha dalam artian belajar dengan tekun, rajin dan giat.

Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak atau ilmu maupun dengan tenaga atau jasmani. Untuk bekerja keras manusia dibatasi oleh kemampuan karena kemampuan terbatas itulah menjadi tolak ukur setiap kemakmuran antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Kemampuan itu terbatas pada fisik dan keahlian atau keterampilan dari manusia itu sendiri.

KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
Keyakinan atau kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuasaan Allah. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat yaitu :

1. Aliran Naturalisme Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur dan itu dari Allah.
2. Aliran Intelektualisme Dasar aliran ini adalah logika atau akal. Manusia mengutamakan akal dan dengan akal manusia berpikir.
3. Aliran Gabungan Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dan juga akal. Kekuatan gaib misalnya kekuatan yang berasal dari Allah dan percaya adanya Allah sebagai dasar keyakinan.

LANGKAH-LANGKAH BERPANDANGAN HIDUP YANG BAIK
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup yang berbeda walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimanapun bentuk suatu pandangan hidup itu tergantung pada diri kita sendiri. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan ada juga yang memperlakukannya sebagai penimbul kesejahteraan, ketentraman dan sebagainya.

Pandangan hidup sebagai sarana untuk mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

Mengenal : merupakan suatu kodrat manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jalan ini mengenal apa itu pandangan hidup.

Mengerti : tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri.

Menghayati : dengan menghayati pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai kebenaran pandangan hidup itu sendiri.

Meyakini : dengan meyakini berarti secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu.

Mengabdi : sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain.

Mengamankan : langkah yang terakhir ini merupakan langkah terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.




Kebudayaan dan Peradaban
Dilihat dari pengertian dari “Kebudayaan” dan “Peradaban” secara umum maka keduanya adalah hampir mirip akan tetapi sebenarnya memiliki makna yang berbeda. Kebudayaan melahirkan peradaban dan peradaban lahir dari kebudayaan, dan tidak ada manusia yang tidak berbudaya karena tidak ada manusia yang hidup sendirian. Dari karena itulah maka sekelompok manusia yang membentuk masyarakat pasti melahirkan sebuah kebudayaan yang berkembang menjadi peradaban.

Kata ”kebudayaan” berasal dari sansekerta, buddayah yang merupakan bentuk jamak dari kata “budhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal”. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil yang harus didapatkannya dengan belajar, dan semua itu tersusun dalam kehidupan masyarakat.

Senada dengan Koentjaraningrat adalah apa yang didefinisikan oleh Selo Soemardjan, merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, cipta, dan rasa masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

“Kebudayaan” dalam bahasa Inggris disebut culture. Sebuah istilah yang relatif baru karena istilah ‘culture’ sendiri dalam bahasa Inggris baru muncul pada pertengahan abad ke-19. Sebelum tahun 1843 para ahli anthropologi memberi arti kebudayaan sebagai cara mengolah tanah, usaha bercocok tanam, sebagaimana tercermin dalam istilah agriculture dan holticulture.

Hal ini dapat dimengerti karena istilah culture berasal dari bahasa Latin colere yang berarti pemeliharaan, pengolahan tanah pertanian. Dalam arti kiasan kata itu juga berarti“pembentukan dan pemurnian jiwa Seorang antropolog lain, E.B. Tylor (1871), dalam bukunya yang berjudul Primitive Culture pernah mencoba memberikan definisi mengenai kebudayaan sebagai yaitu; “Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.

Adapun istilah “peradaban” dalam bahasa Inggris disebut civilization. Istilah peradaban ini sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita terhadap perkembangan kebudayaan. Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya yang berwujud unsur-unsur budaya yang halus, indah, tinggi, sopan, luhur, dan sebagainya, maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki peradaban yang tinggi.

Seperti yang diungkapkan Arnold Toynbee “The Disintegrations of Civilization” dalam Theories of Society, (New York, The Free Press, 1965), hal. 1355, peradaban adalah kebudayaan yang telah mencapai taraf perkembangan teknologi yang sudah lebih tinggi. Pengertian yang lain menyebutkan bahwa peradaban adalah kumpulan seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya, maupun iptek).

Huntington memberi definisi bahwa peradaban adalah sebuah identitas terluas dari budaya, yang teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subyektif. Berangkat dari definisi ini, maka masyarakat Amerika –khususnya Amerika Serikat- dan Eropa yang sejauh ini disatukan oleh bahasa, budaya dan agama dapat diklasifikasikan sebagai satu peradaban, yakni peradaban barat.

Lebih lanjut Huntington menyatakan bahwa term “Barat”, secara universal, digunakan untuk menunjuk pada apa yang disebut dunia Kristen Barat. Dengan demikian, “Barat” merupakan sebuah peradaban yang dipandang sebagai “penunjuk arah” dan tidak diidentikkan dengan nama orang-orang tertentu, agama, atau wilayah geografis. Akan tetapi pengidentifikasian ini mengangkat peradaban dari historitas, wilayah geografis, dan konteks kulturalnya. Secra historis, peradaban Barat adalah peradaban Eropa, namun di era modern ini yang dimaksud dengan peradaban Barat adalah peradaban Eroamerika (Euroamerican) atau Atlantik Utara.

Mengenai pertentangan antara budaya Barat dan budaya Timur, Kun Maryati dan Juju Suryawaty menagatakan: “Dalam masyarakat dunia, ada pandangan yang menganggap budaya Barat sebagai budaya progresif atau maju yang sarat dengan kedinamisan (hot culture). Sebaliknya, budaya Timur diidentikkan dengan budaya yang dingin dan kurang dinamis (cold culture). Pertentangan ini cenderung Eropa-sentris sehingga mengakibatkan westernisasi di berbagai bidang kehidupan”.

Dari beberapa pengertian “kebudayaan” dan “peradaban” tersebut di atas tampak sekali terdapat perbedaan di antara keduanya. Di sini pemikiran yang lebih jelas tentang perbedaan “kebudayaan” dan “peradaban” dapat dijumpai dalam filosof mazhab Jerman, seperti Edward Spranger yang mengartikan “kebudayaan” sebagai segala bentuk atau ekspresi dari kehidupan batin masyarakat. Sedangkan peradaban ialah perwujudan kemajuan teknologi dan pola material kehidupannya.

Dengan demikian, maka sebuah bangunan yang indah sebagai karya arsitektur mempunyai dua dimensi yang saling melengkapi: dimensi seni dan falsafahnya berakar pada kebudayaan, sedangkan kecanggihan penggunaan material dan pengolahannya merupakan hasil peradaban. Dengan kata lain, kebudayaan ialah apa yang kita dambakan, sedangkan peradaban ialah apa yang kita pergunakan. Kebudayaan tercermin dalam seni, bahasa, sastra, aliran pemikiran, falsafah dan agama, bentuk-

bentuk spritualitas dan moral yang dicita-citakan, falsafah dan ilmu-ilmu teoritis. Peradaban tercermin dalam politik praktis, ekonomi, teknologi, ilmu-ilmu terapan, sopan santun pergaulan, pelaksanaan hukum dan undang-undang.



Prespektif Interaksi Sosial

PERSPEKTIF INTERAKSIONISME SIMBOLIK

Konsep interaksionisme simbolik mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi sosial. Manusia menggunakan simbol untuk mengembangkan pandangan mereka mengenai dunia dan saling berkomunikasi. Tanpa simbol, kehidupan sosial manusia tidak akan lebih canggih daripada kehidupan hewan. Simbol tidak hanya memungkinkan adanya hubungan, tetapi juga membentuk masyarakat. Tanpa simbol, kita tidak akan dapat mengkoordinasikan tindakan satu sama lain. Tanpa simbol, masyarakat takkan mampu membuat perencanaan tentang apapun juga.

Apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan simbol ? Sejatinya simbol dapat dimaknai sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang mempergunakannya. Dengan demikian, tidaklah mengherankan bila satu simbol yang sama, dapat memiliki berbagai makna. Contohnya, warna putih dapat berarti suci, berkabung (bagi etnis Tionghoa), atau menyerah (bendera putih).

Herbert Blumer (1900-1987) menambahkan bahwa pokok pikiran interaksionisme simbolik terdiri atas act, thing, dan meaning. Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut baginya. Misalnya, tindakan (act) seorang penganut agama Hindu di India terhadap seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan seorang penganut agama Islam di Pakistan. Karena bagi masing-masing orang tersebut, sapi mempunyai makna (meaning) berbeda.

Tokoh lain dari perspektif interaksionisme simbolik adalah George Herbert Mead (1863-1931). Ia mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak lain, menggunakan perantaraan simbol-simbol tertentu yang dimiliki dan dipahami bersama. Mereka lantas saling menafsirkan keadaan serta perilaku atas dasar makna simbol dimaksud. Contohnya, saat menyalami Ganar di hari wisudanya, Adi memberikan ucapan selamat tapi dengan wajah cemberut. Dari bahasa tubuh yang ditunjukkan Adi, Ganar dapat menduga bahwa ucapannya tidaklah tulus.

B. PERSPEKTIF DEFINISI SITUASI

Dalam kaitannya dengan definisi situasi, b terkenal dengan ungkapannya, “when men define situations as real, they are real in their consequences” (bila orang mendefinisikan suatu situasi sebagai hal yang nyata, maka konsekuensinya nyata pula). Contohnya, beberapa orang pemuda berpenampilan sangar dan acak-acakan memasuki sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Mereka dicurigai satpam dan langsung didefinisikan sebagai penjahat. Konsekuensinya nyata, mereka diringkus dan dianiaya hingga babak belur. Salah satu definisi situasi yang dibuat oleh masyarakat adalah aturan yang mengatur interaksi antar individu maupun kelompok sosial, di antaranya :

1) Aturan Ruang

Dalam buku The Hidden Dimensions (1982), dikemukakan bahwa pada interaksi dijumpai aturan tertentu mengenai penggunaan ruang. Teori tentang penggunaan ruang dalam proses interaksi disebut proxemics. Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa dalam interaksi sosial, terdapat beberapa jarak yang digunakan :

• Jarak Intim (intimate distance) Berkisar antara 0-45 cm, kedekatan dengan tubuh orang lain disertai keterlibatan intensif dari pancaindera, yakni penglihatan, bau badan, suhu badan, suara, sentuhan kulit, hembusan nafas. Interaksi pada jarak ini berlangsung, misalnya, antara orang yang sedang bercinta ataupun dalam olahraga jarak dekat seperti gulat.

• Jarak Pribadi (personal distance) Berkisar antara 45 cm-1,22 m. Interaksi pada tahap dekat dalam jarak ini cenderung dijumpai di antara orang yang hubungannya dekat, misalnya pasangan suami istri, kekasih, atau sahabat. Interaksi pada tahap jauh dari jarak ini terjadi antara orang yang saling menyentuh bila merentangkan tangan, misalnya orang yang mengikuti kegiatan senam bersama.

• Jarak Sosial (social distance) Berkisar antara 1,22 m-3,66 m, orang yang berinteraksi dapat berbicara secara normal dan tidak saling menyentuh. Lazim dalam pertemuan santai atau hubungan kerja.

• Jarak Publik (public distance) Dipelihara oleh orang yang harus tampil di depan umum, seperti politikus. Semakin besar jarak, makin besar pula suara yang mesti dikeluarkan. Kata dan kalimat yang diucapkan semakin dipilih dengan seksama.

2) Aturan Waktu

Dalam interaksi sosial, harus memperhatikan waktu. Tidak setiap orang bisa berinteraksi dengan semua orang tiap waktu.

3) Aturan Gerak dan Sikap Tubuh

Dalam interaksi sosial, orang lain juga membaca perilaku kita, bukan hanya kata-kata kita. Ini penting untuk diperhatikan, karena dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dilakukan orang lain tetapi juga pada apa yang dilakukannya. Komunikasi non-verbal (non-verbal communication) atau bahasa tubuh (body language) menyampaikan maksud dan perasaan kita pada orang lain. Studi Sosiologis terhadap gerak tubuh dan komunikasi non-verbal disebut kinesics.

No comments