KISAH SAHABAT NABI SAW SALMAN AL FARISI (DARI PERSIA )

KISAH SALMAN AL FARISI (DARI PERSIA )


Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid dari  Abdullah  bin  Abbas  yang  berkata  bahwa  Salman  Al-Farisi  berkata  kepadaku  dan  aku mendengarnya dari mulutnya langsung.

Salman Al-Farisi berkata: "Aku orang Persia, berasal dari di sebuah  desa  yang  bernama  Jayyu  di  daerah  Asfahah. Sedangkan  ayahku  adalah  seorang  tokoh  di  desaku adapun aku adalah anak yang paling dicintainya. Ia amat mencintaiku hingga ia mengurungku di dalam rumah laksana seorang anak gadis. Aku demikian serius menganut agama Majusi hingga aku menjadi  penjaga  api  yang  harus  senantiasa  menyala  dan  tidak  boleh  padam  sesaatpun.Ayahku memiliki ladang yang demikian luas."

Pada suatu ketika, ayah disibuk-kan dengan urusan bangunan dan dia berkata: "Anakku, hari ini ayah sibuk dengan urusan bangunan ini hingga tidak punya waktu yang cukup untuk mengurusi ladang. Oleh sebab itulah, pergilah ke ladang!"

Ayahku memerintahkan beberapa hal yang seharusnya aku lakukan, kemudian ia berkata: "Janganlah terlambat pulang  ya, sebab engkau lebih berarti bagiku daripada ladangku dan engkau berada di atas segala-galanya bagiku."

Salman berkata: "Kemudian aku berjalan menuju ladang ayahku seperti yang dia perintahkan. Dalam perjalanan, aku melewati sebuah gereja milik orang-orang Kristen, dan aku mendengar suara-suara saat mereka mengerjakan ibadah di dalamnya. Aku tidak tahu banyak kehidupan manusia karena aku dikurung di rumah. Ketika mendengar suara-suara mereka itu aku mencoba masuk untuk melihat lebih jauh  apa  yang  mereka  kerjakan.  Ketika  aku  perhatikan,  aku  mengagumi  ibadah-ibadah  mereka  dan tertarik pada aktivitas mereka."

Aku bergumam: "Demi Tuhan, agama orang-orang ini jauh lebih baik daripada agama yang aku peluk. Demi Tuhan, aku tidak akan meninggalkan mereka hingga matahari terbenam."

Aku membatalkan perjalanan ke ladang ayahku. Aku berkata kepada orang-orang Kristen itu: "Berasal dari manakah agama ini?"

Mereka menjawab "Dari Syam"

Setelah itu menemui ayahku, ternyata dia telah mengutus seseorang untuk mencariku. Ini  membuatnya tidak mengerjakan semua pekerjaannya. Ketika aku kembali kepadanya,

Ayahku berkata: "Anakku, kemana saja engkau pergi? Bukankah  engkau  sudah  berjanji  untuk  cepat  pulang?" 

Aku  berkata: "Ayahanda,  aku  tadi  berjalan melewati orang-orang yang sedang mengerjakan ibadah di dalam gereja mereka, dan aku kagum pada agama mereka. Demi Allah, aku berada di tempat mereka hingga matahari terbenam." 

Dia berkata: "Wahai  Ananda,  tidak  ada  kebaikan  apapun  pada  agama  tersebut!  Agamamu  dan  agama  nenek moyangmu  jauh  lebih  baik  daripada  agama  tersebut." 

Aku  berkata:  "Tidak!  Demi  Tuhan,  agama mereka  jauh  lebih  baik  daripada  agama  kita  yang  kita  anut."  Setelah  kejadian  tersebut,  ayah mengkhawatirkanku. Ia ikat diriku dan mengurungku di rumah."

Aku mengirim seseorang kepada orang-orang Kristen itu dan aku katakan kepada mereka: "Manakala ada rombongan dari Syam datang kepada kalian, informasikan padaku tentang mereka."

Tidak lama kemudian,  datanglah  pedagang-pedagang  Kristen  dari  Syam  dan  mereka  menghubungi  aku.  Aku katakan kepada mereka: "Jika mereka telah tuntas menyelesaikan urusannya, dan hendak pulang ke negeri mereka izinkan aku untuk bisa ikut bersama mereka."

Salman  berkata: "Tatkala  para  pedagang  Kristen  itu  berencana  kembali  ke  negerinya,  mereka memberiku informasi. Kemudian aku buang rantai dari kakiku dan pergi bersama mereka hingga tiba di  Syam." 

Setibanya  di  Syam,  aku  bertanya: "Siapakah  dari  pemeluk  agama  ini  yang  paling  utama ilmunya?"

Mereka berkata: "Uskup di gereja."

Lalu aku mendatangi uskup itu dan  berkata kepadanya: "Aku demikian tertarik pada agama ini. Aku ingin sekali bersamamu, dan melayanimu di gerejamu ini agar bisa belajar ilmu darimu serta beribadah bersamamu." 

Uskup  itu  berkata:  "Masuklah!"

Aku  pun  masuk  namun  ternyata  uskup  ini  adalah seorang yang jahat. Ia perintahkan ummatnya bersedekah dan senantiasa menyeru mereka untuk melakukan  itu. Namun  mana  kala  mereka  telah  mengumpulkannya,  ia  simpan  hasilnya  untuk kepentingan dirinya sendiri dan tidak menyerahkannya kepada orang-orang miskin, hingga ia berhasil mengumpulkan  tujuh  kendi  penuh  berisi  emas  dan  perak. 

Aku  sangat  marah  padanya  akibat tindakannya tersebut. Tak berapa kemudian uskup tersebut meninggal dunia. Orang-orang Kristen berkumpul  untuk  menguburkan  jenazahnya,  namun  aku  katakan  kepada  mereka:

  "Sesungguhnya orang  ini  adalah  seorang  yang  jahat.  Ia  suruh  dan  seru  kalian  bersedekah,  namun  apabila  kalian memberikan  sedekah  kepadanya,  ia  malah  menyimpannya  untuk  dirinya  sendiri  dan  tidak mendistribusikannya sedikitpun kepada orang-orang miskin."

Mereka berkata: "Bagaimana kau tahu tentang hal itu?"

Aku katakan kepada mereka: "Aku akan tunjukkan tempat penyimpanannya kepada kalian."

Mereka berkata: "Tolong tunjukkan kepada kami tempat penyimpanannya itu!"

Aku tunjukkan tempat  penyimpanan  uskup  itu  kepada  mereka,  kemudian  mereka mengeluarkan  tujuh  tempayan yang penuh dengan emas dan perak. Ketika mereka melihat ketujuh kendi penuh tersebut.

Mereka berkata: "Demi Allah, kami tidak akan mengubur mayat uskup ini." Maka mereka menyalib uskup tadi dan melemparinya dengan batu. Setelah itu, mereka menunjuk orang lain untuk menjadi pengganti uskup tadi.

Salman berkata: "Aku belum pernah melihat orang shalat lima waktu yang lebih utama darinya dalam beribadah, lebih zuhud terhadap dunia, lebih mencintai akhirat, lebih tekun di siang dan malam hari dari uskup baru itu. Aku sangat mencintai uskup baru tersebut dengan cinta yang tiada tandingnya."

Aku tinggal bersamanya dalam waktu yang lama sekali hingga akhirnya kematian menghampirinya.

Aku  katakan  kepadanya:  "Hai  fulan,  sungguh  aku  telah  hidup  bersamamu  dan  aku  mencintaimu dengan cinta yang tiada terkira. Kini sebagaimana yang engkau saksikan telah datang keputusan Tuhan kepadamu, maka akan engkau titipkan aku kepada siapa?" Ia menjawab: "Anakku, demi  Allah, aku tidak tahu seperti apa diriku sesungguhnya. Sudah banyak orang yang meninggal dunia, mengubah agama  yang  dianutnya  dan  meninggalkan  tradisi  yang  sebelumnya  mereka  kerjakan,  kecuali  satu orang yang kini berada di Al-Maushil, yaitu Si fulan. Ia melakukan seperti apa yang diriku lakukan.Susullah dia ke sana! "

Salman berkata: "Ketika uskup tersebut meninggal dunia dan telah dikuburkan akupun pergi pada uskup  di  Al-Maushil  itu."  Setibanya  di  sana,  aku  katakan  kepadanya:  "Wahai  fulan,  sesungguhnya uskup fulan telah berwasiat kepadaku ketika hendak meninggal dunia agar aku menemui dirimu. Ia katakan  kepadaku  bahwa  engkau  seperti  dia." 

Uskup  tersebut  berkata:  "Tinggallah  engkau  bersamaku."  Akupun  menetap  bersamanya.  Aku  dapatkan  ia  seorang  yang  baik  persis  seperti  yang diceritakan sahabatnya. Tidak lama kemudian uskup tersebut meninggal dunia.

Menjelang meninggal dunia, aku berkata kepadanya:

"Wahai fulan, sesungguhnya uskup fulan telah berwasiat kepadaku agar  aku  pergi  kepadamu  dan  sekarang  takdir  Allah  telah  datang  kepadamu  seperti  yang  engkau saksikan,  lalu  kepada  siapa  kini  aku  engkau  wasiatkan?  Apa  yang  engkau  perintahkan  kepadaku?"

Uskup berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang seperti kita di Nashibin, yaitu si Fulan. Pergilah engkau menemuinya!"

Salman  berkata:  "Ketika  uskup  tersebut  telah  meninggal  dunia  dan  telah  dikuburkan,  aku  pergi menemui  uskup  di  Nashibin  itu.  Aku  jelaskan  perihal  diriku  adanya  dan  apa yang  diwasiatkan  dua sahabatku."

Ia berkata: "Tinggallah bersamaku."

Aku tinggal bersamanya, dan aku dapati dia seperti sahabatnya yang telah meninggal dunia. Aku tinggal bersama orang terbaik. Demi Allah, tidak lama kemudian ajal menjemputnya. Menjelang kematiannya, aku berkata kepadanya: "Wahai fulan, fulan berwasiat kepadaku agar aku pergi kepada fulan, kemudian berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini kepada  siapa  aku  engkau  wasiatkan?  Apa  yang  engkau  perintahkan  kepadaku?" 

Uskup  tersebut berkata: "Anakku, demi Allah, yang aku tahu hanya ada satu orang yang masih seperti kita sehingga aku bisa perintahkan engkau pergi kepadanya di Ammuriyah wilayah Romawi.Ia masih melakukan hal yang sama seperti kita. Jika engkau suka, temuilah dia karena ia masih sama seperti kita!"

Salman berkata: "Uskup Nashibin pun wafat, kemudian ia dikuburkan". Aku lalu pergi kepada uskup di Ammuriyah. Aku terangkan padanya tentang siapa diriku sebenarnya.

Ia berkata: "Tinggallah engkau bersamaku."

Aku pun tinggal bersama seorang yang demikian baik sesuai dengan arahan sahabat-sahabatnya dan perintah mereka. Aku bekerja sampai mempunyai sejumlah sapi dan kambing. Tak berapa  lama  kemudian,  uskup  itupun  meninggal  dunia.  Menjelang  kematiannya,  aku  bertanya kepadanya: "Wahai fulan, aku pernah tinggal bersama fulan lalu ia berwasiat agar aku pergi kepada fulan, kemudian fulan tersebut berwasiat agar aku pergi kepada fulan, lalu fulan tersebut berwasiat agar aku pergi kepada fulan, kemudian dia tersebut berwasiat agar aku pergi kepadamu, kini kepada siapa aku engkau wasiatkan? Apa yang engkau perintahkan kepadaku?"

Uskup berkata: "Anakku, demi Allah, aku tidak tahu apakah kini masih ada orang-orang yang seperti kita yang bisa aku perintahkan engkau pergi kepadanya, namun demikian kini telah dekat kedatangan seorang Nabi. Ia diutus dengan membawa agama Ibrahim 'Alaihis salam dan akan muncul di negeri Arab. Tempat hijrahnya adalah daerah di antara dua tanah berbatu hitam dan di antara dua daerah tersebut terdapat banyak sekali pohon  kurma.  Nabi  tersebut  mempunyai  tanda-tanda  yang  tidak  mungkin  bisa  disembunyikan  ia menerima hadiah dan tidak menerima sedekah. Di antara kedua bahunya terdapat stempel kenabian. Jika engkau sanggup pergi ke negeri tersebut, pergilah!"

Salman berkata: "Kemudian uskup tersebut pun wafat dan dikebumikan. Sementara aku tetap tinggal di Ammuriyah hingga beberapa lama. Setelah itu, sekelompok pedagang berjalan melewatiku."

Aku berkata kepada mereka: "Bawalah aku ke negeri Arab dan aku akan berikan lembu dan kambingku ini kepada  kalian!" 

Mereka  berkata:  "Ya" 

Aku  berikan  sapi  dan  kambingku  kepada  mereka  kemudian mereka membawaku pergi bersama mereka. Tapi tatkala tiba lembah Al-Quran, mereka berbuat zalim dengan menjualku sebagai budak kepada seorang Yahudi sebagai seorang budak. Maka aku tinggal bersama orang Yahudi tadi dan aku melihat  pohon kurma. Aku berharap semoga negeri inilah yang pernah diisyaratkan sahabatku. Namun aku tidak yakin sepenuhnya.

Salman berkata: "Ketika aku tinggal bersama orang Yahudi tadi, datanglah saudara sepupunya yang berasal dari Bani Quraizha di Madinah. Ia  membeliku dari sepupunya itu kemudian membawaku ke Madinah.  Demi  Allah,  begitu  aku  melihat  Madinah,  aku  lihat  persis  sifat-sifat  seperti  dijelaskan sahabatku. Akupun tinggal di sana. Saat itulah Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam diutus sebagai Nabi  dan  menetap  di Mekkah  dalam  jangka  waktu  tertentu  sementara  aku  tidak mendapat  berita tentang  beliau,  karena  sibuk  dengan  pekerjaanku  sebagai  seorang  budak.  Tidak  berapa  lama kemudian, Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam hijrah ke Madinah."

Salman berkata: "Saat aku sedang berada di atas pohon kurma mengerjakan beberapa tugas rutin untuk  tuanku,  sedang  tuanku  duduk  di  bawahku.  Tiba-tiba  sepupunya  datang  dan  berdiri  di depannya."

Sepupunya itu berkata: "Hai fulan, semoga Allah menghancurkan Bani Qailah. Demi Allah, mereka  sekarang  sedang  berkumpul  di  Quba  untuk  menyambut  kedatangan  seorang  laki-laki  dari Mekkah, dan mereka mengatakan bahwa orang tersebut adalah seorang Nabi."

Ibnu Hisyam berkata: Qailah adalah anak perempuan Kahil bin Udzrah bin Sa'ad bin Zaid bin Laits bin Sud bin Aslum bin Ilhaf bin Qadha'ah. Ia ibu Al Aus dan Al-Khazraj. An-Nu'man bin Basyir Al-Anshari berkata memuji Al Aus dan Al-Khazraj dalam syairnya,

Tuan-tuan dari anak-anak Qailah
Tak seorangpun yang sanggup menandinginya dalam menghadapi kesulitan
Manusia lapang dada, pahlawan yang sukakeramahan
Menganggap mengikuti tradisi leluhurnya se-bagai kewajiban
Dua bait syair ini adalah miliknya.

Ibnu Ishaq berkata: Ashim bin Umar bin Qatadah Al-Anshari berkata kepadaku dari Mahmud bin Labid dari  Abdullah  bin  Abbas  ia  berkata  bahwa  Salman  berkata:  "Ketika  aku  mendengar  apa  yang diucapkannya, aku gemetaran seolah-olah akan jatuh".

Aku turun dari atas pohon kurma dan bertanya kepada saudara sepupu tuanku: "Apa yang engkau katakan tadi?"

Dia berkata: "Apa urusanmu dengan perkara  ini?  Tuntaskanlah  pekerjaanmu!!" 

Aku  berkata:  "Tidak  ada  apa-apa."  Aku  hanya  ingin meyakinkan diri apa sebenarnya yang dia ucapkan.

Salman  berkata:  Aku  memiliki  sesuatu  yang  telah  aku  siapkan  sebelumnya.  Pada  sore  hari  aku mengambilnya lalu aku pergi untuk menjumpai Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Quba'.

Aku lekas menemui beliau dan berkata: "Aku mendapat kabar bahwa engkau seorang yang shalih. Engkau mempunyai sahabat-sahabat asing yang sangat membutuhkan bantuan. Ini ada beberapa barang yang aku  siapkan  untuk  sedekah  buatmu.  Aku  anggap  kalian  lebih  berhak  daripada  selain  kalian."

Aku serahkan sedekah tersebut kepada  Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabat- nya: "Makanlah." Sedangkan beliau menahan tangannya dan tidak memakan sedikit pun dari sedekah yang aku berikan padanya.
Aku bergumam dalam hati, "Ini baru tanda pertama."

Kemudian aku mohon izin dari hadapan Rasulullah Shallalahu'alaihi wa Sallam. Setelah itu, aku menghimpun barang yang lain, sementara itu Rasulullah Shallalahu'alaihi wa Sallam telah pindah ke Madinah.

Aku datang menemui beliau dan berkata: "Aku lihat engkau tidak memakan harta sedekah. Maka terimah hadiah khusus dariku untukmu."

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memakan hadiahku dan menyuruh sahabat-sahabatnya ikut makan bersamanya.
Aku bergumam dalam hati: "Ini pertanda kedua."

Setelah itu, aku mendatangi Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam di Baqi' Al-Gharqad. Saat itu beliau sedang mengantar jenazah seorang sahabatnya. Aku telah  mengetahui  dua  tanda  kenabian  pada  beliau.  Beliau  sedang  duduk  di  antara  sahabat-sahabatnya, kemudian aku mengucapkan salam kepada beliau. Setelah itu aku sengaja memposiskan diri  di  belakang  beliau  karena  ingin  melihat  punggung  beliau  apakah  aku  melihat  stempel  tanda kenabian seperti yang dijelaskan sahabatku.

Ketika Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam melihatku berada di belakangnya, beliau mengetahui bahwa aku sedang mencari sifat yang pernah dijelaskan oleh  sahabatku.  Beliau  menanggalkan  kainnya  dari  punggungnya  saat  itulah  aku  melihat  stempel kenabian pada punggung beliau. Kemudian aku balik ke depan beliau menciumnya sambil menangis.

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadaku."Berbaliklah!"

Aku pun berbalik arah dan duduk menghadap beliau. Aku kisahkan kepadanya semua peristiwa yang terjadi mengenai diriku sebagaimana aku ceritakan kisah ini kepadamu, wahai Ibnu Abbas.

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ingin agar kisahku ini diketahui oleh semua sahabat-sahabatnya. Setelah  itu  Salman  disibukkan  dengan  statusnya  sebagai  seorang  budak  hingga  dia ketinggalan dan tidak bisa ikut pada Perang Badar dan Uhud bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam.'14
14 Sanadnya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al- Shahihah, sanadnya hasan (894).

Salman  berkata:  Rasulullah  Shallalahu  'alaihi  wa  Sallam  bersabda  kepadaku:  "Tulislah  perjanjian kebebasan dirimu dari perbudakan dengan membayar sejumlah uang, wahai Salman!."

Kemudian aku menuliskan kesepakatan pembebasan diriku dari tuanku dengan membayar tiga ratus pohon kurma yang aku tanam untuknya dan emas empat puluh ons (uqiyyah).

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepada sahabat-sahabatnya: "Bantulah saudara kalian ini!"

Sahabat-sahabat Rasulullah ada yang membantu dengan memberi pohon kurma kepadaku. Ada yang memberi tiga puluh bibit pohon kurma.  Ada  yang memberiku  dua  puluh  anak  pohon kurma.  Ada  yang memberiku  lima  belas  bibit pohon  kurma,  ada  yang  membantu  sepuluh  bibit  pohon  kurma.  Setiap  orang  membantu  sesuai dengan kadar kemampuannya, hingga akhirnya terkumpul tiga ratus bibit pohon kurma.

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Pergilah hai Salman, dan galilah lubang untuk bibit-bibit pohon urma ini. Jika telah selesai menggalinya, temuilah aku, sehingga tanganku sendiri yang meletakkan bibit pohon kurma ini ke dalamnya."

Salman berkata: "Kemudian aku menggali lubang untuk bibitbibit pohon kurma tersebut dengan dibantu sahabat-sahabatku. Ketika telah selesai menggalinya, aku kembali menemui Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam dan memberi tahu bahwa aku telah selesai menggali lubang.

Lalu Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam pergi bersamaku ke lubang-lubang untuk bibit kurma tersebut. Kami berikan bibit pohon kurma kepada beliau lalu beliau masukkan ke dalam lubang dengan tangannya sendiri sampai proses penanaman selesai. Dan, tidak ada satu pun bibit pohon  kurma  yang  mati.  Aku  rawat  pohon-pohon  kurma  itu  dan  aku  masih  memiliki  tanggungan hutang  harta.

Tak  berapa  lama  kemudian,  Rasulullah  Shallalahu  'alaihi  wa  Sallam  datang  dengan membawa emas sebesar telur ayam dari sebuah tempat pertambangan.

Rasulullah bersabda: "Apa yang  telah  dilakukan  orang  Persia  yang  akan  memerdekakan  dirinya  dengan  perjanjian  membayar sejumlah uang?"

Aku dipanggil untuk menemui Rasulullah. Beliau bersabda: "Ambillah emas ini, dan bayarlah hutangmu dengannya, wahai Salman!"

Aku berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana emas ini bisa melunasi semua hutangku?"

Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambillah, karena Allah  akan  melunasi  hutangmu  dengannya."15
Aku  mengambil  emas  tersebut  lalu  menimbangnya. Ternyata berat emas tersebut adalah empat puluh ons. Lalu aku bayar hutangku pada tuanku dengan emas itu. Sehingga aku menjadi orang merdeka. Aku lalu ikut terjun pada Perang Khandaq bersama Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam sebagai orang merdeka dan sesudahnya tidak pernah sekalipun aku melewatkan satu medan perang pun. 15. Sanadrlya hasan. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23788. Albani mengatakan dalam Silsilah al - Shahihah, sanadnya hasan (894).

Ibnu  Ishaq  berkata:  Yazid  bin  Abu  Habib  berkata  kepadaku  dari  seseorang  dari  Abdu  Al-Qais  dari Salman  yang  berkata:  Ketika  aku  berkata:  "Wahai  Rasulullah,  bagaimana  emas  ini  bisa  melunasi hutangku?" Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam mengambil emas tersebut dan membolak-baliknya di  depan  wajahnya.  Beliau  bersabda:  "Ambillah  emas  ini,  hai  Salman  dan  bayar  hutangmu dengannya!"16
Emas tersebut aku ambil, lalu aku bayar hutangku pada tuanku secara penuh; empat puluh uqiyyah.
16. Hadits hasan diriwayatkan oleh Imam Ahmad pada hadits no. 23789 dan dinyatakan hasan oleh Syu'aib al -Arnauth.

Ibnu  Ishaq  berkata:  Ashim  bin  Umar  bin  Qatadah  berkata  kepadaku  bahwa  orang  yang  tidak  aku ragukan kredibilitasnya berkata kepadaku dari Umar bin Abdul Aziz bin Marwan yang berkata bahwa aku  diberitahu  dari  Salman,  ia  berkata  kepada  Rasulullah  Shallalahu  'alaihi  wa  Sallam  ketika menceritakan jejak rekam hidupnya kepada beliau bahwa pendeta Ammuriyah berkata kepadanya: "Pergilah engkau ke daerah ini dan itu di wilayah Syam, karena di sana terdapat seorang laki- laki yang hidup  di  antara  dua  hutan.  Pada  setiap  tahun,  ia  keluar  dari  satu  hutan  ke  hutan  lainnya  karena senantiasa ditunggu oleh orang-orang yang sedang sakit. Setiapkali ia mendoakan salah seorang dari mereka,  niscaya  orang  tersebut  sembuh  dari  sakitnya. Tanyakanlah  padanya  tentang  agama  yang engkau  cari, niscaya ia menjelaskannya padamu!"

Salman berkata: "Kemudian aku pergi ke tempat yang dijelaskan sahabatku itu. Di tempat tersebut kulihat orang-orang berkumpul dengan membawa keluarga  mereka  yang  sakit.  Pada  suatu  malam,  orang  tersebut  keluar  dari  satu  hutan  ke  hutan satunya, dan dibuntuti sekian banyak orang-orang. Dan jika ia mendoakan orang yang sakit, maka orang itu sembuh dari penyakitnya. Mereka lebih cepat datang kepada orang tersebut daripada aku. Akibatnya aku tidak bisa mendekat kepadanya  hingga ia masuk ke hutan yang ingin ia masuki. Aku mengikuti orang tersebut.

Ia berkata: "Siapa engkau ini sebenarnya?" Ia menoleh kepadaku. kemudian aku katakan kepadanya: "Semoga Tuhan merahmatimu. Katakan padaku tentang perihal hanifiyyyah agama Ibrahim!"

Ia berkata: "Engkau menanyakan sesuatu yang tidak ditanyakan oleh siapapun pada hari ini. Telah dekat kepadamu zaman datangnya Nabi yang diutus dengan membawa agama tersebut dari tanah suci. Pergilah engkau kepadanya, pasti ia membawamu kepada agamanya!" Kemudian dia masuk.

Ibnu Ishaq berkata: Kemudian Rasulullah bersabda kepada Salman. Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hai Salman, jika apa yang kamu ceritakan ini benar, sungguh engkau telah bertemu dengan Isa bin Maryam."17 Semoga salam terlimpah pada nabi kita dan Isa bin Maryam.
17. Sanadnya lemah. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Baihaqi pada hadits no. 675 dalam bukunya al -Dalail, Ibnu Sa'ad dalam al-Thabaqat (4/81) Adz-Dzahabi dalam at-Siyar (1/513) semuanya dari jalur muhammad bin  Ishaq. Adz-Dzahabi berkata. Ibnu Ishaq meriwayatkan sendirian. Sedangkan Ibnu Katsir dalam AlBidayah waAn-Nihayah (1/313) menyebutkan bahwa dalam periwayatannya ada yang tidak dikenal.

No comments