MEMAHAMI SILANG PENDAPAT DALAM UKHWWAH

Memahami Silang Pendapat dalam Ukhuwwah

Hakekat perbedaan alamiyah yang dimiliki manusia telah dijadikan Rasulullah ﷺ sebagai titik sentral perhatian beliau mendidik sahabat-sahabatnya. Walaupun Allah sebenernya menyatakan bahwa mereka sebenernya kaum yanng suka bertengkar.

Allah Ta'ala berfirman :

وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ ۚ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلَّا جَدَلًا ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ

"Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar." (QS. Az-Zukhruf : 58)
dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا

"Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Quran itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang." (QS. Maryam : 97)

Namun berkat kearifan beliau ﷺ, pertentangan itu berhasil diredam dan justru dijadikan alat untuk memicu semangat berlomba dalam kebajikan.

Rasulullah ﷺ melarang umatnya terserat ke  dalam pertengkaran dan fanatisme dalam mempertahankan pendapat, beliau ﷺ bersabda :
"Bacalah Al-Qur'an ketika hati-hati kalian memang menyatu, namun jika kalian berselisih, maka beranjaklah darinya." (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim)

Hadist ini melarang kita berdebat dan mempertahankan satu ayat dengan lainnya yang bisa menimbulkan perpecahan.

Dalam hadist lain disebutkan :
"Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sementara ia berada di atas kebathilan, maka Allah akan bangunkan sebuah rumah baginya di pinggiran surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia berada di atas kebenaran, maka Allah akan membangun sebuah rumah baginya di atas surga." (HR. Abu Dawud, At Turmudzi dan Ibnu Majah)

Bukhari dan Muslim pernah meriwayatkan sebuah hadist
"Berikan kabar gembira dan janganlah kamu takut-takuti, permudahlah dan jangan kamu persulit, dan janganlah kamu saling keras kepala memegang pendapat dan janganlah berselisih." (HR. bukhari dan Muslim)

Hadist ini memberi pesan agar kita tidak bersikap keras mempertahankan pendapat dan memaksanya kepada orang lain sehingga menimbulkan perpecahan atau pertentangan. Larangan ini bukan berarti kita tidak boleh berbeda pendapat karena silang pendapat merupakan Fitrah.

Yang dilarang adalah silang pendapat yang bisa menimbulkan perpecahan dan permusuhan. kalau perbedaan pendapat dilarang, berarti islam telah membunuh kreatifitas berfikir manusia dan menutup rapat pintu Ijtihad.

Setiap orang berhak untuk berpendapat dan berhak mepertahankan pendapatnya, akan tetapi umat Islam sebagai kesatuan haruslah memiliki satu pendapat yang di hormati semua pihak dan memiliki suatu sikap pada tataran operasional.

"Ubadah bin As Shomit RA. berkata "Kami membaiat Rasulullah SAW untuk senantiasa mendengar perintah dan taat baik dikala mudah maupun sulit, di saat semangat ataupun malas dan lebih mendahulukan kepentingan kami, dan kami membaiatnya untuk tidak mencopot predikat msulim dari seseorang kecuali bila terlihat padanya kekufuran yang nyata, dimana terdapat bukti-bukti jelas menurut ajaran Islam". (Muttafaq Alaih)

Teks hadist ini menyatakan bahwa alasan untuk berselisih pendapat memang ada dan mungkin sampai ke tingkat takfir, akan tetapi Rasulullah melarang kita meronek-robek ukhwwah islamiah atau mentakfirkan seseorang tanpa bukti nyata berdasarkan nash qath'i

Dan diperolehnya silang pendapat dalam bingkai ukhwwah ini menunjukan tingginya perhatian Rasulullah ﷺ untuk menyatukan barisan Shaff umat Islam dari satu sisi dan dari sisi lain membuktikan kepedulian beliau terhadap watak manusia yang suka berbeda  pendapat. Beliau amat tegas dalam memelihara kesatuan barisan umat Islam dan memeperkokoh bangunannya, beliau pernah bersabda:

"Barangsiapa ingin memecah belah (Kepemimpinan) umat Islam ini sedangkan urusan mereka telah bersepakat atas diri seorang pemimpin, maka tebaslah ia dengan pedang, siapa pun dia!" (HR. Muslim)

Dari hadist ini kita dapat menarik kesimpulan bahwa sikap kebersamaan dan kuhwwah organisasi massa lebih diutamakan da'i pada kebersamaan dalam pemikiran. Kesatuan Umat lebih didahulukan dari kesatuan pendapat. Kita boleh berbeda pendapat tetapi tetap satu umat. Silang pendapat tidak dilarang seluruhnya yang dilarang hanyalah silang pendapat yang menyeret umat Islam ke arah perpecahan dan permusuhan.

No comments