YA ALLAH,, AKU ADALAH TUHANMU DAN ENGKAU ADALAH HAMBAKU


ORANG YANG KEHILANGAN UNTANYA DI PADANG PASIR YANG TANDUS


Ini  adalah  kisah  seorang  laki-laki  yang  kehilangan untanya di tanah yang sunyi lagi sepi. Lalu dia tidur, tapi tiba-tiba unta itu sudah berdiri di depan matanya. Saking bahagianya  dia  berucap, "Aku adalah tuhanmu dan Engkau adalah  hambaku."  Rasulullah ï·º telah  menyampaikan bahwa  Allah  lebih  berbahagia  terhadap  taubat  seorang hamba  daripada  orang  dengan  untanya  yang  kembali ditemukan.Ini

NASH HADIS
Muslim  meriwayatkan  dalam  Shahih-nya  dari  Samak berkata bahwa Nu'man bin Basyir berkhutbah, "Sungguh, Allah  lebih  berbahagia  dengan  taubat  hamba-Nya daripada  seorang  laki-laki  yang  membawa  makanan dan minumannya  di  atas  punggung  unta,  kemudian  dia berjalan.  Sesampainya  di  daerah  yang  sepi,  datanglah waktu  untuk  qoilulah  (tidur  siang).  Dia  turun  dan  berqoilulahdi bawah pohon. Dia tertidur dan untanya pergi meninggalkannya.  Dia  terbangun  lalu  berjalan beberapa jarak,  tetapi  dia  tidak  menemukan  apa  pun.  Kemudiandia berjalan beberapa jarak untuk kedua kalinya, tetapi dia  tetap  tidak  menemukan  apa  pun.  Lalu  dia  berjalan beberapa  jarak  untuk  ketiga kalinya,  tetapi  dia  masih tidak  menemukan  apa  pun.  Dia  kembali  mendatangi tempat  di  mana  dia  beristirahat  siang.  Manakala  diasedang  duduk,  tiba-tiba  untanya datang berjalan hingga ia  menjatuhkan  tali  kekangnya  di  depannya."

Sungguh Allah  lebih  berbahagia  dengan  taubat  seorang  hamba daripada orang ini manakala dia menemukan untanya."Samak  berkata,  "Sya'bi  mengklaim  bahwa  Nu'man menyandarkan  hadis  ini  kepada  Nabi.  Adapun  aku  tidak mendengarnya."

TAKHRIJHADIS
Hadis  dengan  lafazh  ini  diriwayatkan  oleh Muslim dalam Shahih-nya  dari  Nu'man  bin  Basyir  dalam  Kitabud Da’awat,bab dorongan taubat, 4/2103, no. 2745. Diriwayatkan  oleh  Bukhari  dari  Abdullah  bin  Mas'ud secara  marfu’ dalam  Kitabud  Da’awat, bab  taubat, 11/102, no. 6308. Diriwayatkan  oleh  Muslim  dalam  Kitabut  Taubah, bab anjuran  bertaubat,  4/2103,  no.  2744.  Muslim  juga meriwayatkannya dari Barra' bin Azib dan Anas bin Malik.

PENJELASAN HADIS
Ini  adalah  kisah  seorang  laki-laki  di  mana  Rasulullah ï·º menjadikannya  sebagai  perumpamaan  terhadap kebahagiaan  Tuhan  dengan  taubat  hamba-Nya.  Kisah laki-laki  ini  terjadi  ketika  dia  melakukan  perjalanan sendirian  dengan  bekal  makanan  dan  minuman  di  atas punggung  untanya.  Dia  berangkat  membelah  daratan untuk  sampai  di  tempat  tujuannya.  Riwayat-riwayat hadis  menunjukkan  bahwa  yang  bisa  melewati  daratan ini  dengan selamat hanyalah orang yang telah mengenal seluk-beluk  dan  liku-liku  jalannya.  Laki-laki  ini membawa  bekal  makanan  dan  air  yang  cukup  bagi musafir  selama  dia  harus  membelah  daratan  itu.  Hadishadis  menerangkan  bahwa  daratan  ini  adalah  daratan yang  sepi,  tanpa  tumbuh-tumbuhan,  sunyi  dan mencelakakan, karena tidak berair dan bermakanan.

Di  tengah  hari  laki-laki  musafir  ini  melihat  sebatang pohon di daratan itu. Dia sangat lelah. Dia pun turun dan beristirahat  di  bawahnya.  Tidur  siang  hari  memang digemari  oleh  banyak  orang,  lebih-lebih  orang  yang sedang kelelahan seperti musafir ini. Begitu  dia  menutup  kedua  matanya,  untanya  lalu menghilang. Ketika dia bangun dia tidak melihatnya.Dia sangat  terkejut,  bukan  karena  rugi  unta  dan  makanan. Itu  adalah  urusan  yang  mudah.  Akan  tetapi,  hilangnya unta di daratan seperti ini berarti mati. Oleh karena itu, dia  berlari  ke  sana-kemari  untuk  mencarinya,  tetapitidak menemukannya.

Dia  kembali  ke  tempat semula dalam keadaan lelah dan haus.  Saking  lelahnya  dia  pun  kembali  tertidur.  Ketika dia  bangun,  dia  menemukan  untanya  sudah  di  depan matanya. Dia sangat bahagia dengan kebahagiaan seperti orang yang selamat dari kematian. Saking bahagianyadia salah berucap kepada Tuhannya. Dia berkata, "Ya Allah, Engkau  adalah  hambaku  dan  aku  adalah  tuhanmu." Seperti yang tertuang dalam sebagian riwayat hadis.Rasulullah telah menyampaikan kepada kita bahwa Allah lebih  berbahagia  dengan  taubatnya  seorang  hamba daripada  orang  yang  menemukan  kembali  untanya  di daratan  yang  mematikan  tersebut,  seperti  yang  telahdijelaskan oleh Rasulullah.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1.  Keutamaan  taubat.  Taubat  menjadikan  Allah  ridha. Allah  lebih  berbahagia  dengan  taubatnya  seorang hamba  daripada  laki-laki  yang  menemukan  untanya di daratan yang mematikan tersebut.

2.  Menetapkan  sifat  farah  (berbahagia)  bagi  Allah. Bahagianya  Allah  adalah  sifat  yang  sesuai  dengan keagungan  dan  kesempurnaan-Nya,  tidak  disamakan dengan  bahagianya  makhluk.  Ini  berpijak  kepada firman  Allah,  "Tidak  ada  sesuatu  pun  yang  serupa dengannya  dan  Dialah  Yang  Maha  Mendengar  lagi Maha Melihat." (QS. Asy-Syura: 11)

3.  Kasih  sayang  dan  rahmat  Allah  kepada  hamba-Nya. Dia  mengembalikan  unta  laki-laki  ini  setelah  dia berputus asa darinya.

4.  Hendaknya  seseorang  berhati-hati.  Seandainya  lakilaki  ini  mengikat  untanya,  maka  apa  yang  terjadi padanya tidak akan terjadi.

5.  Allah  tidak  menyalahkan  orang  yang  dikuasai  oleh emosi  yang  berlebihan  dan  kehilangan  kemampuan berpikir  karena  takut  atau  senang  atau  marah,  lalu  dia  mengatakan  sesuatu  yang  tidak  diinginkannya, sebagaimana  Allah  tidak  menyalahkan  laki-laki  ini atas  ucapan  yang  dikatakannya.  Seandainya  dia bermaksud  mengucapkan  hal  itu,  niscaya  dia  telah kufur kepada Allah.

6.  Boleh  seseorang  menceritakan  ucapan  orang  lain yang  salah,  seperti  Rasulullah  yang  menceritakan ucapan  laki-laki  ini  dan  sebagaimana  Al-Qur'an menyampaikan ucapan orang-orang yang mengatakan kekufuran.  Seperti  ucapan  mereka,  "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya." (QS. Ali Imran: 181) Dan ucapan  mereka,  "Tangan  Allah  terbelenggu. Sebenarnya  tangan  merekalah yang terbelenggu dan mereka  itu  dilaknat  disebabkan  apa  yang  telah mereka katakan itu." (QS. Al-Maidah: 64).

No comments