TIGA ORANG YANG TERJEBAK DI DALAM GUA

TIGA ORANG YANG TERJEBAK DI DALAM GOA

Kisah  ini  membimbing  kita  kepada  jalan  keluar jika  kita diliputi  oleh  kesulitan-kesulitan  dan  tali  asa  dari para hamba  telah  terputus.  Dalam  kondisi  ini  terdapat  pintu di mana tidak ada harapan yang putus darinya. Dia selalu hadir.  Dia  berkuasa  selama-lamanya,  menjawab  orang  yang  dalam  kesulitan  jika  dia  berdoa  kepada-Nya,  dan menghilangkan  kesengsaraan.

Dalam hadis ini Rasulullah menyampaikan  kisah  tiga  orang  yang  masuk  ke  dalam goa,  lalu  sebuah  batu  besar  jatuh  dan  menutup  pintu goa.  Maka  masing-masing  ber-tawassul kepada  Allah dengan  amalan  paling  mulia  yang  dilakukannya  dan berdoa  kepada  Allah  dengan  amalan  tersebut.  Allah mengabulkan  doa  mereka. Dia mengangkat musibah dan menghapus kesulitan mereka.

NASH HADIS
Bukhari  Muslim  meriwayatkan  dalam  Shahih masing-masing dari Abdullah bin Umar dari Rasulullah ﷺ bersabda, "Ketika tiga orang sedang berjalan-jalan, tiba-tiba hujan turun.  Maka  mereka  berteduh  di sebuah  goa  di  gunung. Sebuah  batu  besar  tiba-tiba  menggelinding  dari  gunung menuju pintu goa dan menutupnya. Sebagian  dari  mereka  berkata  kepada  sebagian  yang  lain,  "Lihatlah  amal  shalih  yang  telah  kamu  kerjakan karena  Allah,  lalu  berdoalah  kepada  Allah  dengannya. Semoga Allah memberi kemudahan bagi kalian."

Salah  seorang  dari  mereka  berkata,  "Ya  Allah, sesungguhnya  aku  mempunyai  dua  orang  tua  yang telahberusia lanjut, istri dan beberapa anak yang masih kecil. Aku yang menggembala untuk mereka. Jika aku pulang di sore  hari,  aku  memerah  susu,  lalu  memberi  minum kedua  orang  tuaku  terlebih  dahulu  sebelum  anakanakku.  Suatu  hari  aku  menggembala  cukup  jauh  dari desa.  Aku  tidak  pulang  kecuali  hari  telah  sore,  dan aku mendapati  mereka  berdua  telah  tidur.  Aku  memerah susu  seperti  biasa.  Aku  membawa  bejana  susu  kepada keduanya  dan  berdiri  menunggu  di  atas  kepala  merekaberdua.  Aku  tidak  ingin  membangunkan  keduanya  dari tidur  dan  aku  tidak  ingin  memberi  minum  anak-anakku sebelum  keduanya  minum.  Sementara  anak-anak menangis  kelaparan  di  bawah  kakiku.  Aku  tetap melakukan  apa  yang  aku  lakukan  dan  anak-anak  juga demikian  sampai  terbit  fajar.  Jika  Engkau  mengetahui bahwa  aku  melakukan  itu  hanya  demi  mencari  wajahMu,  maka  bukalah  pintu  goa  ini  sedikit  sehingga  kami bisa  melihat  langit."  Lalu  Allah  membuka  pintu  goa sedikit dan mereka melihat langit.

Yang  lain  berkata,  "Ya  Allah,  sesungguhnya  aku mempunyai  sepupu  perempuan,  dan  aku  sangat mencintainya seperti laki-laki mencintai perempuan.Aku meminta  dirinya,  tetapi  dia  menolak  sampai  aku  bisa memberinya seratus dinar. Aku bekerja keras hingga aku berhasil  mengumpulkan seratus dinar. Aku menyerahkan kepadanya.  Manakala  aku  telah  duduk  di  antara  kedua kakinya,  dia  berkata,  'Wahai  hamba  Allah,  bertaqwalah kepada  Allah,  jangan  membuka  cincin  kecuali  dengan haknya.'  Maka  aku  meninggalkannya.  Jika  Engkau mengetahui  bahwa  aku  melakukan  itu  karena  mencari wajah-Mu,  maka  bukalah  pintu  goa  sedikit."  Maka  pintu goa terbuka agak lebar.

Yang  ketiga  berkata,  "Ya  Allah,  sesungguhnya  aku menyewa  seorang  pekerja  dengan  imbalan  satu  faraq besar.  Selesai  menunaikan  pekerjaannya,  dia  berkata, 'Berikan hakku.' Lalu aku menyodorkan  faraq-nya, tetapi dia  menolaknya.  Seterusnya  aku  menanamnya  sampai aku  mengumpulkan  beberapa  sapi  sekaligus penggembalanya  darinya.  Dia  datang  lagi  dan  berkata, 'Bertaqwalah  kepada  Allah,  jangan  mendzalimi  hakku.' Aku  berkata,  'Pergilah  kepada  sapi-sapi  itu  berikut penggembalanya.  Ambillah.'  Dia  menjawab,  'Jangan mengolok-olokku,  bertaqwalah  kepada  Allah'.  Aku berkata, 'Aku tidak mengolok-olok dirimu. Ambillah sapisapi  itu  dan  penggembalanya.'  Lalu  dia  mengambilnya dan  pergi.  Jika  Engkau  mengetahui  bahwa  aku melakukan  itu  demi  mendapatkan  wajah-Mu,  maka bukakanlah  sisanya."  Maka  Allah  membuka  apa  yang tersisa.

TAKHRIJHADIS
Kisah  ini  diriwayatkan  oleh  Bukhari  di  beberapa  tempat dalam  Shahih-nya  dalam  Kitabul  Buyu’, bab  jika membeli  sesuatu  untuk  orang  lain tanpa izinnya laludia rela, 4/408, no. 2215. Kitabul Hartsi wal Muzaroah,bab jika menanam dengan harta  suatu  kaum  tanpa  izin  mereka  dan  hal  itu mengandung kebaikan bagi mereka, 5/16, no. 2333. Dalam Kitab Ahadisil Anbiya’,bab hadis goa, 6/505, no. 3465.  Dalam  Kitabul  Adab, bab  dijawabnya  doa  karena Birrul Walidain,10/404, no. 5974. Diriwayatkan  oleh  Muslim  dalam  Kitabul  Dzikri  wad Dua’, bab  kisah  tiga  orang  penghuni  goa,  4/2099,  no. 2743.

TEMPAT DAN ZAMAN KISAH INI
Allamah  Ibnu  Hajar  Al-Asqolani  meneliti  lafazh-lafazh kisah  ini  dan  riwayat-riwayatnya  di  buku-buku  sunnah. Ibnu  Hajar  menjelaskan  bahwa  tidak  terdapat  hadis shahih  yang  menjelaskan  tempat  dan  zaman  kisah  ini.Hanya saja, terdapat hadis dhaifyang diriwayatkan oleh Thabrani  dari  hadis  Uqbah  bin  Amir  dalam  doa,  bahwa tiga  orang  yang  disebutkan  dalam  kisah  ini  adalah  dari Bani Israil.

Dan  apa  yang  ditunjukkan  oleh  hadis  itulah  yang  kuat, menurutku.  Bukan  berpijak  kepada  hadis  dhaif,  akan tetapi  menarik  kesimpulan  dari  riwayat  hadis  shahih.

Tiga  orang  yang  disebutkan  dalam  hadis  adalah  orangorang  muslim  yang  bertauhid,  kaum  mereka  juga demikian.  Hal  ini  ditunjukkan  oleh  sepupu  wanita  salah seorang  dari  ketiganya  yang  takut  kepada  Allah  lalu menolak  berbuat  zina.  Lalu  pekerja  yang  berbicara kepada  pemilik  harta  majikannya,  'Ya  Abdullah  (wahai hamba  Allah)'.

Ketiganya  memiliki  akhlak-akhlak  luhur yang mengisyaratkan adanya istiqomah, ketaqwaan, dan keshalihan. Dan masing-masing secara nyata menyatakan bahwa melakukan semuanya karena Allah, dan tidak ada sebuah  umat  yang  berciri  kebaikan  dan  kemuliaan sebelum umat ini seperti Bani Israil.

Yang  rajih bagiku,  bahwa  bumi  terjadinya  kisah  ini adalah  bumi  Palestina.  Hal  ini  karena  buminya  memiliki gunung,  lembah,  dan  goa.  Tiga  orang  ini  berlindung  di dalam  goa yang berada di sebuah gunung dan batu yang menutup goa itu longsor dari gunung. Apa  pun,  apakah  ketiga  orang  ini  dari  Bani  Israil  atau bukan,  apakah  kisah  ini terjadi di Palestina atau bukan, apakah  kita  mengetahui  nama  ketiga  orang dalam kisah ini  atau  tidak,  itu  sama  sekali  tidak  mengurangi  bobot kisah ini lantaran pelajaran terbesar dari kisah ini adalah penyelamatan  Allah  kepada  orang  yang  ber-tawassul kepadanya  dengan  amal  shalih  dan  bahwa  Dia  tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. Ini sangatlah  jelas  dari  kisah  di  atas  tanpa  memandang tempat dan waktu terjadinya. Wallahul musta'an.

Sebagian  ahli  ilmu  menyatakan  bahwa  goa  tempat berlindung  ketiga  orang  ini  adalah  goa  tempat berlindung  Ashabul  Kahfi  yang  diceritakan  di  dalam  AlQur'an. Pendapat ini tidak diterima. Dalil mereka adalah hadis  yang  diriwayatkan  oleh  Bazzar  dan  Thabrani dengan  sanad  hasan dari  Nu'man bin  Basyir,  bahwa  dia mendengar  Rasulullah  menyebut  Ar-Raqim. Beliau ﷺ bersabda, "Ada tiga orang pergi, maka mereka masuk ke dalam  goa.  Sebuah  batu  besar  jatuh  di  mulut  goa  danmenutup jalan mereka…''

Gua  ini  bukanlah  goa  itu.  Hadis  di  atas  tidak menunjukkan  bahwa  goa  mereka  adalah  goa  Ashabul Kahfi.  Hal  ini  diperkuat  oleh  perbedaan  kisah  dan peristiwa.

PENJELASAN HADIS
Kisah  ini  bercerita  tentang  tiga  orang  yang  pergi meninggalkan  rumah  mereka  untuk  berjalan-jalan  atau mencari  kebutuhan  pokok  untuk  keluarga  mereka.  Di tengah perjalanan langit berbalut mendung, hujan deras pun mengguyur hingga membuat mereka mencari tempat berlindung  dari  hujan.  Mereka  menemukan  tempat berlindung  di  dekat  mereka.  Sebuah  goa  tempat berlindung  mereka  dari  hujan  menjadi  seperti  kuburan bagi  mereka.  Banjir  akibat  hujan  deras  yang  menjadimembawa  batu-batu  besar  dari  atas  gunung.

Sebuah batu  besar  jatuh  dari  gunung  dan  terus  menggelinding hingga  berhenti  di  pintu  goa.  Akibatnya,  pintu  goa tertutup olehnya. Batu ini begitu besar. Saking besarnya, kekuatan mereka bertiga tidak mampu untuk menggeserdan menggerakkannya. Setelah  pintu  goa  tersumbat  oleh  batu  besar,  keadaan mereka lebih sulit dibandingkan dengan keadaan mereka semula.  Hujan  yang  turun,  mereka  bisa  menghadapinyadengan  sabar.

Adapun  tersumbatnya  pintu  goa,  itu berarti kematian telah nyata di depan mata. Mereka  terpenjara  di  dalam  goa  ini.  Mereka  tidak mungkin  bisa  menembusnya  dengan  kekuatan  mereka sendiri. Tidak ada cara untuk meminta pertolongan kaum mereka.  Seandainya  kaum  mereka  hendak  mencari mereka  karena  mereka  telah  pergi  lama,  maka  mereka tidak  akan  menemukan  goa  itu.  Jejak  kaki  yang ditinggalkan  oleh  orang-orang  yang  hilangtelah  dihapus oleh  hujan  yang  deras  dan  banjir,  sebagaimana  anginmenghapus  jejak  kaki  di  pasir.  Bahkan  seandainya  ada orang yang lewat di dekat mereka, mereka mungkin juga tidak  mengerti  apa-apa  dan  tidak  mengetahui  tempat mereka.

Gema teriakan mereka pun tidak akan melebihi dinding-dinding goa yang mengurung mereka. Dalam  kondisi  seperti  ini,  hamba-hamba  menyadari bahwa keselamatan mereka hanyalah kepada Allah. Dan bahwa hanya Allah yang mengetahui tempat keberadaanmereka.  Dia  melihat  dan  mendengar mereka. Tidak ada sesuatu pun yang samar bagi Allah di langit dan di bumi. Sama  dengan  mereka,  orang-orang  di  atas  perahu  yang dikurung  oleh  ombak  dengan  angin  yang  berhembus sangat  kencang.  Ombak  membuat  perahu  naik  turun, bergoyang  miring  dan  berguncang,  sementara  mereka tidak bisa berbuat apa pun.

Sama  dengan  mereka,  orang-orang  di  pesawat  dengan mesin  yang  rusak  dan  mulai  limbung  di  udara  kadangkadang  lurus,  kadang-kadang  miring  dan  bergetar  di sana-sini. Sama  dengan  mereka,  orang-orang  yang  terbenam  oleh bumi  atau  dilanda  gempa  hingga  rumah  mereka  roboh dan  mereka  terkurung  di  tempat  yang  sempit  di  puingpuing  reruntuhan.  Para  manusia  dalam  keadaan  seperti ini,  walaupun  mereka  adalah  orang-orang  yang  gemar berbuat  dosa,  mereka  akan  tetap  memanggil Tuhan mereka  untuk  memohon  perlindungan  dan  pertolonganNya.  Dia  Maha  Berkuasa  ketika  kemampuan  manusia telah  tumpul. Dia adalah Pelindung ketika segala sarana yang  dengannya  manusia  menjaga  manusia  tidak mungkin digunakan.

"Dan apabila mereka dilamun ombak yang  besar  seperti  gunung,  mereka  menyeru  Allah dengan  memurnikan  ketaatan  kepada-Nya."  (QS. Luqman:  32).

"Dialah  Tuhan  yang  menjadikan  kamu dapat  berjalan  di  daratan,  (berlayar)  di  lautan. Sehingga  apabila  kamu  berada  di  dalam  bahtera,  dan meluncurlah  bahtera  itu  membawa  orang-orang  yang ada  di  dalamnya  dengan  tiupan  angin  yang  baik,  dan mereka  bergembira  karenanya,  datanglah  angin  badai,dan  (apabila)  gelombang  dari  segenap  penjuru menimpanya,  dan  mereka  yakin  bahwa  mereka  telah terkepung  (bahaya),  maka  mereka  berdoa  kepada  Allahdengan  mengikhlaskan  ketaatan  kepada-Nya  sematamata." (QS. Yunus: 22)

Dalam  kondisi  seperti  ini  sebagian  orang  merasa  cukup hanya  dengan  berdoa.  Sebagian  lagi  berusaha  bertawassul kepada  Allah  dengan  nama,  sifat  dan perbuatan-Nya.  Dan  sebagian  yang  lain  ber-tawassul kepada-Nya  dengan  amal-amal  shalih.  Yang  terakhir inilah yang diusulkan oleh salah seorang dari mereka. Dia meminta kedua orang temannya agar masing-masing bertawassul dengan  amalnya  yang  paling  mujarab  yang  dia lakukan karena Allah.

Masing-masing  telah  menyebutkan  amal  shalih  yang dilakukannya  karena  Allah,  dan  didukung  dengan  doa kepada  Allah  agar  memberi  kemudahan  dalam  kesulitan yang  mereka  alami  jika  dia  memang  benar  dalam perkataannya.  Setiap  kali  salah  seorang  menyebutkan amalnya  dan  memohon  kemudahan,  batu  besar  itu bergeser  sedikit.  Sehingga  ketika  orang  ketiga menyebutkan  amalnya  dan  permintaannya,  maka  batu itu bergeser sepenuhnya dan mereka bisa keluar dengan selamat.

Hal  ini  mengandung  petunjuk  yang  besar,  bahwa  Allah mendengar pengaduan mereka. Dia mengetahui keadaan mereka  dan  kejujuran  ucapan  mereka.  Maka  Dia mengangkat  kesulitan  mereka  dan  memudahkan persoalan mereka. Kisah mereka menjadi pelajaran bagi orang lain yang tertimpa kesulitan seperti mereka.

Amal-amal  shalih  mereka,  yang  dengannya  Allah menyelamatkan  mereka  menunjukkan  bahwa  mereka adalah orang-orang yang baik dan bertaqwa. Ini dari satu sisi.  Di  sisi  lain,  ini  menunjukkan  bahwa  amal  tersebut dicintai oleh Allah.

Orang  pertama  ber-tawassul dengan  Birrul  Walidain. Orang  ini  adalah  salah  seorang  penggembala.  Dan  para penggembala  bergantung  kepada  susu  domba,  sapi  dan unta  mereka.  Orang  ini  selalu  memerah  susu setiap kali pulang  dari  penggembalaan,  lalu  memberi  minum kedua orang tuanya sebelum anak-anak dan istrinya.

Suatu  hari  dia  membawa  ternaknya  ke  daerah  rumput yang  cukup  jauh.  Dia  baru  pulang  setelah  malam  tiba. Lalu  sebagaimana  biasa,  dia  pun  memerah  susu  dan membawa  bejana  susu  kepada  kedua  orang  tuanya, tetapi  kedua  orang  tuanya  telah  tidur.  Dia  tidak  ingin membangunkan  mereka  berdua.  Dia  juga  tidak  ingin memberi  minum  anak-anaknya  sebelum  keduanya. Malam  itu  dia  tidak  tidur,  dengan  bejana  susu  yang masih  ada  di  tangannya.  Anak-anaknya  menangis  di kakinya  karena  lapar,  sementara  dia  tidak  ingin membangunkan kedua orang tuanya sampai terbit fajar.

Maka  dia  memberi  minum  keduanya,  setelah  itu  anak-anak dan istrinya. Tak  seorang  pun  selain  Allah  yang  mengetahui  sejauhmana  kesengsaraan  yang  dipikul  oleh  laki-laki  ini  di malam  itu.  Perkaranya  tidaklah  mudah  baginya.  Dia seorang  penggembala  dan  telah  berjalan  jauh  dari desanya,  maka  hal  itu  tentu  melelahkan  dan merepotkannya,  ditambah  dia  belum  makan  malam  dan anak-anaknya  yang  merengek  di  bawah kakinya. Betapa pedihnya  seorang  bapak  jika  melihat  anak-anaknya menangis kelaparan.

Potret  mengagumkan  hasil  cetakan  iman.  Undangundang  bumi  dan  aturan-aturan  manusia  tidak  mungkin bisa  mengkatrol  seseorang  untuk  mencapai  derajat  ini. Tangguh  memikul  beban  berat,  berperasaan  mulia, menghormati dan menghargai orang tua.

Orang kedua ber-tawassul kepada Tuhannya dengan rasa takutnya  kepada-Nya.  Rasa  takut  inilah  yang membuatnya  meninggalkan  zina  dan  menahan  nafsu. Urusan  orang  ini  adalah  bahwa  dia  menginginkan sepupunya  yang  sangat  dicintainya.  Iman  sepupu  ini menjaganya dari keinginan laki-laki tersebut. Wanita itu menolak  sampai  dia  tertimpa  kesulitan  dan  kemiskinan yang  memaksanya  untuk  menyetujui  kemauan  dan mentaati  keinginannya  setelah  sepupu  laki-laki membayarkan harta yang besar seperti yang disyaratkan sebelum  dia  menyerahkan  diri  kepadanya.  Akan  tetapi, ketika  sepupu  laki-laki ini telah menguasainya dan  telah duduk  seperti  suami  yang  duduk  di  atas  istrinya.  Tibatiba wanita itu bergetar dan gemetar.

Ketika laki-laki itu bertanya  kepadanya  tentang  sebab  dia  gemetar  dan bergetar  dia  menjawab  bahwa  hal  itu  karena  ia  takut kepada  Allah,  karena  sebelumnya  dia  tidak  pernah melakukan  zina.  Laki-laki  itu  berdiri  meninggalkannya dan  mengikhlaskan  uang  yang  telah  diberikan kepadanya. Kejadian  seperti  ini  juga  terjadi  pada  seorang  laki-laki dari Bani Israil. Dia adalah laki-laki fasik yang terjerumus ke  dalam  kemaksiatan.  Dia  selalu  berbuat  mesum dengan  wanita  mana  pun  yang  ia  mau.

Suatu  kali  dia mendapatkan seorang wanita. Wanita ini gemetar penuh ketakutan.  Manakala  dia  menanyakan  penyebabnya, maka dia mendapatkan rasa takutnya kepada Allah. Lakilaki  ini  pun  bertaubat  dan  kembali  kepada  Allah.  Dia berjanji  kepada  Tuhannya  untuk  meninggalkan kemaksiatan.  Dia  mati  pada  malam  itu,  maka  Allah mengampuni  dan  memasukkannya  ke  dalam  rahmat dan Surga-Nya.

Tirmidzi  meriwayatkan  dalam  Sunan-nya dari Ibnu Umar berkata, 'Aku telah mendengar Nabi menyampaikan satu hadis.  Seandainya  aku  tidak  mendengarnya  kecuali  satu atau dua kali (sampai Ibnu Umar menghitung tujuh kali), akan tetapi aku mendengarnya lebih banyak dari itu.Aku telah  mendengar  Rasulullah  bersabda,  'Adalah  Kifli dari Bani  Israil.  Dia  tidak  pernah  takut  mengerjakan  dosa. Suatu  kali  seorang  wanita  mendatanginya.  Kiflimembayarnya  enam  puluh  dinar  untuk  bisa  berbuat mesum  dengannya.  Ketika  Kifli telah  duduk  seperti suami yang duduk pada istrinya, wanita itu menangisdan gemetar.  Kifli bertanya,  'Apa  yang  membuatmu menangis?  Apakah  aku  memaksamu?'  Wanita  itu menjawab, 'Tidak, akan tetapi ini adalah perbuatan yang tidak  pernah  aku  lakukan.  Aku  terpaksa  melakukannya saat ini, tidak lain kecuali karena terpaksa." Kifli berkata,  'Kamu  melakukan  ini  padahal  kamu  tidak pernah  melakukannya.  Pergilah,  ambil  uang  itu untukmu.'  Kifli berkata,  'Tidak,  demi  Allah,  setelah  ini aku  tidak  akan  bermaksiat  selama-lamanya."  Maka  Kifli mati  di  malam  itu.  Di  pagi  hari  tertulis  di  pintu  rumahnya, ''Sesungguhnya Allah telah mengampuni Kifli.''

Tirmidzi  berkata, "Ini  adalah  hadis  hasan. Diriwayatkan oleh  Syaiban  dan  beberapa  orang  dari  Al-A'masy  yang senada  dengan  ini.  Mereka  menyatakannya  marfu’. Sebagian  dari  mereka  meriwayatkannya  dari  Al-A'masydan tidak menyatakannya marfu’."

 Abu  Bakar  bin  Ayyasy  meriwayatkan  hadis  ini  dari  Al-A'masy  dan  dia  melakukan  kesalahan  di  dalamnya.  Dia berkata, "Dari Abdullah bin Abdullah dari Said bin Jubair  dari  Ibnu  Umar  dan  ini  tidak  mahfuzh (tidak  terjaga). Abdullah bin Abdullah Ar-Razi adalah Kufi (orang Kufah), neneknya  adalah  hamba  sahaya  Ali  bin  Abu  Thalib,  dan yang  meriwayatkan  dari  Abdullah  bin  Abdullah  Ar-Razi adalah  Ubaidah  Adh-Dhabyi,  Al-Hajjaj  bin  Artho'ah  dan ulama-ulama besar lainnya."

Orang  ketiga  ber-tawassul dengan  penjagaannya terhadap  harta  pegawai  yang  pergi  meninggalkan hartanya.  Dia  mengembangkan  harta  itu  hingga melimpah.  Setelah  kepergian yang cukup lama, pegawai itu datang meminta haknya yang tidak seberapa. Orang

Sunan Tirmidzi,4/658, no. 2496. ketiga  ini  memberikan  seluruh  harta  hasil  dari pengembangan  hartanya  yang  sedikit.  Dia  menerimanyadan tidak meninggalkan sedikit pun. Apa  yang  dilakukan  oleh  tiga  orang  tersebut  adalah teladan  luhur  yang  tidak  dikenal  oleh  dunia  saat  ini, kecuali mereka  yang  dirahmati  oleh  Allah.  Allah  telah memudahkan  kesulitan  orang-orang  baik  ini  dan menghilangkan problem mereka.

PELAJARAN-PELAJARAN DAN FAEDAH-FAEDAH HADIS
1.  Disyariatkannya  ber-tawassul kepada  Allah  dengan amal  shalih,  sebagaimana  tiga  orang  ini  melakukan hal itu dan Allah menyelamatkan mereka.

2.  Pengaruh  taqwa  dalam  meloloskan  seorang  hamba dari  musibah  dan  kesulitan.  "Barangsiapa  bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia meletakkan untuknya jalankeluar dari segala kesulitan." (QS. At-Thalak: 2)

3.  Disyariatkannya  doa  pada  waktu  terjadinya musibah dan  kesulitan.  Allah  telah  memerintahkan  agar berdoa kepadanya. Barangsiapa tidak berdoa kepadaNya,  Dia  memurkainya.  "Dan  Tuhanmu  berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku akan perkenankan bagimu." (QS. Ghafir: 60)
4.  Birrul  Walidain termasuk  amal  shalih  yang  dicintai oleh  Allah,  mendekatkan  kepada-Nya,  serta membebaskan  seorang  hamba  dari  kesulitankesulitan dunia dan hari Kiamat.

5.  Rasa takut kepada Allah termasuk ibadah besar yang menolak  adzab,  melindungi  dari  perbuatan  buruk, dan  mendekatkan  kepada  Allah.  Rasa  takut  inilah yang  menjadi  sebab  seseorang  meninggalkan perbuatan  tercela,  dan  itu  adalah  salah  satu  sebab terselamatkannya dia dari dalam goa.

6.  Tidak  semua  pelaku  dosa  telah  menyimpang  dan berhak memperoleh murka Allah. Seseorang mungkin berusaha  melakukan  dosa  seperti  orang  kedua  yang hendak  melakukan  zina  terhadap  sepupunya,  akan tetapi  dia  bertaubat  dan  meninggalkannya  sebelum hal  itu  terjadi  karena  takut  kepada  Allah.  Orang  ini diberi  pahala  lantaran  mampu  menahan  diri  dari hawa  nafsu.  Dan  mungkin  saja  seorang  melakukan dosa,  lalu  dia  bertaubat  dan  kembali  kepada  Allah dan  Allah  menerima  taubatnya,  maka keadaannya setelah  taubat  lebih  baik  daripada  sebelum  taubat, seperti yang terjadi pada Kifli.

7.  Kesulitan  dan  kemiskinan  kadangkala  memaksa seorang  yang  shalih  untuk  melakukan  perbuatan buruk, sebagaimana kesulitan telah memaksa wanita itu  untuk  menerima  perbuatan  buruk.  Yang menunjukkan  bahwa  dia  adalah  wanita  baik-baik adalah  bahwa  dia  gemetar  manakala  laki-laki  ini ingin melakukannya. Maka Allah memunculkan taubat dalam hatinya hingga membuat keduanya selamat.

8.  Keutamaan  menjaga  hak  dan  harta  orang  lain. Pemilik  harta  telah  menjaga  bayaran  pegawai tersebut  dan  mengembangkannya.  Dan  dia memberikan  seluruh  hasilnya  manakala  pegawai  itu memintanya.

9.  Anjuran  seseorang  melakukan  tindakan  terhadap harta orang lain yang ada di tangannya jika tindakan itu  mengandung  kebaikan  padanya.  Para  ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ada dua kubu, yang membolehkan dan yang melarang.

10.  Pada  waktu  terjadinya  kisah  ini  manusia  telah mengenal  perdagangan,  pertanian,  kerajinan  dan peternakan.  Ini  ditunjukkan  oleh  kenyataan  bahwa tiga  orang  dalam  kisah  ini  pergi  untuk  memenuhi kebutuhan  keluarga  mereka.  Salah  seorang  dari mereka  menyewa  pekerja-pekerja  untuk  mengolah tanahnya  dan  dia  menanam  bayaran  pekerja  itu, yang  berupa  beras,  lalu  dia  menjual  hasilnya  dan dibelikan sapi dan kambing. Dan orang yang berbakti kepada  kedua  orang  tuanya  itu  memiliki  kambingkambing yang dia gembalakan dan dia perah susunya.

Pemilik tanah memberi bayaran pekerja sebesar satu faraq beras,  dan  faraq adalah  takaran  untuk menakar.  Nampan  dan  faraq pasti  ada  yang membuatnya.  Dan  orang  kedua  memberi  sepupunya seratus  dinar.  Dinar  memerlukan  pengrajin  dan pembuatnya.  Hadis  ini  juga  menunjukkan  bahwa beras  telah  dikenal  pada  masa  ketika  kisah  ini terjadi.

11.  Berkah  pekerjaan  di  bidang  pertanian  dan peternakan.  Pemilik  tanah  mengembangkan  upah pekerjaannya.  Harta  yang  sedikit  menjadi  banyak dan  Allah  memberkahinya,  hingga  menjadi  berlipat ganda.

12.  Orang  ketiga  telah  berbuat  baik  kepada pekerjaannya  dengan  mengembangkan  harta tersebut.  Sebaliknya,  pekerja  itu  tidak  berbuat  baik kepada  majikannya.  Semestinya  dia  tidak  membawa seluruh  hartanya,  akan  tetapi  menyisakan  sebagian sesuai  dengan  usaha  majikan  dalam mengembangkannya.

13.  Anggapan  sebagian  ulama  bahwa  Kifli  yang disebutkan di dalam hadis Tirmidzi sama dengan Dzul Kifli yang disebutkan di dalam Al-Qur'an adalah tidak benar.  Nama  yang  kedua  adalah  seorang  Nabi  yang ma’shum, yang  tidak  mungkin  melakukan  perbuatan keji.  Sementara  nama  yang  pertama adalah seorang laki-laki  yang  gemar  berbuat  dosa  sebelum bertaubat. Yang pertama Kifli, yang kedua Dzul Kifli.

14.  Sejauh  mana  pengaruh  kemiskinan  dalam menyuburkan perbuatan mesum. Dua orang wanita di dalam  hadis  tersebut  bersedia  berbuat  mesum  karena  kemiskinan  dan  himpitan  hidup.  Oleh  karena itu,  orang-orang  yang  menginfakkan  harta  mereka, orang-orang  yang  membantu  fakir  miskin, janda dan anak yatim, mereka telah berusaha mencegah orangorang seperti kedua wanita itu agar tidak terjerumus ke  dalam  dosa  ini  dengan alasan himpitan hidup dan kemiskinan

No comments