Filsafat Muslim : Filsafat al-Farabi Kesatuan Filsafat



Kesatuan Filsafat
Al-Farabi berpendapat bahwa pada hakikatnya fislfat merupakan satu kesatuan. Karena itu, para filosof besar, harus menyetujui bahwa satu-satunya tujuan adalah mencari kebenaran.

Plato dan Aristoteles, “yang menjadi cikal-bakal filsfaat dan pencipta unsur-unsur dan prinsip-prinsipnya dan penaggung jawab terakhir kesimpulan-kesimpulan dan cabang-cabangnya, sangat setuju meski ada beberapa perbedaan formal dan jelas antar mereka. Maka dari itu, al-Farabi sangat sakin bahwa hanya ada satu aliran filsafat yaitu aliran kebenaran.

Istilah-istilah pengikut Aristoteles, Plato, Stoi dan Epicure hanya menjelaskan nama-nama kelompok-kelompok filosof, kesemuanya membentuk satu aliran filsafat. Kelompok-kelompok merupakan kerikil-kerikil dalam filsafat, sebagaimana terjadi dalam politik. Al-Farabi sebagai filosof dan ahli sejarah, menyadari sepenuhnya bahaya semangat kekelompokkan di dalam filsafat. Adanya semangat kekelompokkan ini, sedikit banyak dipengaruhi oleh fanatisme di antara para pengikut filosof-filosof besar.

Di sampung usaha menyelaraskan ajaran-ajaran berbagai filosof, pengikut-pengikut itu pun mempertahankan perbedaan-perbedaan besar antara dua guru dengan menekankan, pengertian-pengertian berlainan, malah kadang-kadang membuat alternatif baru dan mengungkapkan ajaran-ajaran mereka secara salah. Sikap al-Farabi terhadap perdebatan dan perbedaan para filosof masa Renaissance ini sama dengan sikap para filosof abad 12 H/18 M.

Dalam ajaran al-Farabi tak ada yang baru; Ajaran itu telah dianut terlebih dahulu oleh para filosof dari aliran Yunani terkemudian, terutama yang berasal dari aliran Alexandria. Ketika Porphyry berbicara tentang gurunya. Ia menunjukkan bahwa ia telah menemukan gagasan-gagasan para pengikut Aristoteles dan Stoi yang terlebur dalam karya-karya Plotinus.

Sebenarnya, Porphyry telah menghasilkan beberapa karya dalam upaya merujukkan filsafat Plato dengan filsafat Aristoteles, dan sejumlah sarjana dari aliran Alexandria mengikuti langkah-langkahnya, tetapi di antara mereka tiada seorang pun pernah berpikir tentang pemaduan semua filosof menjadi satu aliran. Ini merupakan suatu kealpaan, dan al-Farabi dalam tulisan-tulisannya banyak membahas persoalan ini sebagai upaya mencari jalan keluar.

Kebenaran agama dan kebenaran fisafat secara nyata adalah satu, meskipun secara formal berbeda. Pendapat ini menunjukkan kemungkinan perseusaian antara filsafat dan ajaran Islam. Tak diragukan bahwa al-Farabi adalah orang pertama yang telah membangun filsafat di atas dasar kesesuaian ini, kemudian para filosof mengikuti langkah-langkahnya itu ibn Sina pada tahap tertentu telah memaparkan aspek-aspek Platonisnya, sedangkan ibn Rusyd sibuk menunjukkan persesuaian antara filsafat Aristoteles dan Agama.

Ajaran tentang perujukan ini didasarkan pada dua hal utama: pertama, memperbaiki filsafat pengikut Aristoteles dan membungkusnya dalam bentuk Platonis agar lebih sesuai dengan ajaran Islam, dan kedua, memberikan penafsiran rasional tentang kebenaran agama. Sebenarnya, al-Faraby menerangkan filsafat dengan cara agama dan memilsafatkan agama, dengan demikian mendorongnya ke satu arah, sehingga keduanya bisa dipahami dan selaras.

Revisi terhadap filsafat pengikut Aristoteles ini dasarkan pada dua teori, pertama, teori kosmologis dan kedua, teori psikologis, yaitu: Teori Sepuluh Kecerdasan dan Teori Akal.

Penjelasan rasionalnya bertumpu pada dua teori lain, pertama, dikaitkan dengan kenabian dan kedua, dengan penafsiran Quran. Seluruh filsfat al-Farabi terangkum dalam empat teori ini yang saling berkaitan dan kesemuanya mengarah ke satu tujuan.

No comments