Mengobati Jiwa Yang Lelah (Ibnul Jauzi) : Menghindari Tamak (Serakah)



Menghindari Tamak (Serakah)

Tamak merupakan salah satu sifat tercela. Allah melarang hambanya melakukan tindakan yang rakus, dan termasuk akhlak buruk terhadap-Nya, kerena perbuatan ini dapat menyebabkan seseorang lupa menyembah kepada-Nya, dapat berlaku kikir, memeras serta merampas hak-hak orang lain. Maka, agama Islam memberikan tuntutan kepada manusia, agar tidak terlalu mengejar nafkah yang seharusnya bukan ia yang pantas memilikinya Selain tidak iman terhadap qadha dan qadar Allah, orang yang tamak ini juga akan menanam benih hasud terhadap orang lain.

Ketamakan terhadap harta hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia memang sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras mendapatkannya sebanyak mungkin dengan segala cara dan usaha. Allah swt. Sangat membenci orang yang tamak terhadap harta.

Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS Al-Hadid : 20)

Rasulullah Sallallahu ‘alaih wa sallam bersabda:

“Hendaklah kamu berputus asa dari segala apa yang ada pada tangan orang lain, dan jauhilah tamak karena sesungguhnya tamak adalah suatu kefakiran yang nyata.”
(HR. Bukhari).
Harta itu mengandung manfaat dan bahaya. Manfaat dari harta jika dapat menyelamatkan seseorang dalam kehidupan dunia dan akhiratny. Sedangkan bahaya harta jika menghancurkan duniawi dan akhiratnya. Membedakan harta buruk dan harta baik tidaklah mudah.

Hanya orang-orang yang memiliki hati dalam agama saja yang mampu melakukannya. Mereka itu misalnya para ulama dan orang-orang yang tajam mata hatinya. Manfaat menghindari tamak antara lain menumbuhkan sifat bersyukur, ikhlas, rendah diri, pemurah dan jujur. Ironinya, orang tamak tidak pernah merasakan dirinya sebagai hamba-NyA Sebaliknya, mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu.

Mereka mempertaruhkan seluruh usaha untuk mengejar bayang kemewahan duniASebab itu, orang tamak biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan sentiasa mengejar kemewahan hidup.


Sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaih wa sallam:

“Hari kiamat telah hampir dan manusia masih lagi bertambah tamak kepada dunia dan bertambah jauh daripada Allah. ”
(HR. Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim).

Untuk menghindari sifat tamak dapat dilakukan dengan selalu meminta pertolongan Allah supaya dijauhkan dari sifat serakah, sederhana dalam kehidupan. Jangan merasa cemas berlebihan terhadap kejadian di masa datang, puas terhadap apa yang dimiliki meneladani orang-orang yang mulia yang mampu menjauhi sifat serakah, dan melihat orang yang keadaannya lebih miskin.

Agar hati kita selamat dari penyakit ini, hal yang dapat dilakukan antara lain:
  1. Berusaha dengan maksimal untuk mendapatkan segala yang dicita-citakan.
  2. Meyakinkan diri bahawa berapa pun hasil yang didapat adalah pilihan Allah yang terbaik atas diri kita, dan tidak ada kebatilan atau kekurangan sedikitpun, apalagi kerugian.
  3. Tidak mempersoalkan segala sesuatu yang telah Allah pilihkan bagi orang lain.
  4. Setelah itu, memagari hati dengan tafwid, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, agar sentiasa memelihara diri kita dengan kemaslahatan dan keberkatan dari apa yang telah kita miliki.

Mengobati rakus dan tamak tersusun dari tiga dasar, yaitu kesabaran, ilmu, dan amal.

Pertama, amal. Kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Maka, barang siapa yang menghendaki kemuliaan hendaklah ia mengurangi pengeluaran dan belanja.

Kedua, pendek angan-angan.

Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung dalam sifat qana’ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta, serta mengetahui kehinaan ketamakan.
Maka dengan cara ini ia akan terbebas dari ketamakan.

Menghindari Tamak (Serakah) dan Contohnya dalam Kehidupan Masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat saat ini, banyak orang yang tidak memperdulikan harta yang halal dan haram. Bagi mereka hanyalah mendapatkan kesenangan duniawi saja tanpa memperdulikan kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat.

Dengan menghindari sifat tamak, akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah atas segala rezeki yang telah diberikan-Nya, menghindari sifat egois, dan menumbuhkan sifat kedemawanan. Harta yang diberikan Allah kepada kita adalah semata-mata ujian dan cobaan. Dapatkah kita menafkahkan ke jalan Allah dengan sebaik-baiknya.

Atau bahkan sebaliknya dengan kekayaan itu kita menjadi kikir dan serakah. Yang berarti kekayaan itu bertambah tetapi perasaan kita selalu kurang dan tidak bersyukur kepada Allah yang telah memberikan semua itu. Tamak terhadap harta merupakan salah satu larangan agama.

Jika mampu menghindari sifat tersebut, kita akan memperoleh kebaikan-kebaikan,antara lain:
  • Terpuji dalam pandangan manusia dan Allah SWT
  • Disukai dalam pergaulan dalam sesama.
  • Memperoleh ketentraman hidup karena merasa cukup dan tidak selalu merasa kurang dengan rezeki yang diberikan Allah SWT.
  • Tidak mudah terpengaruh oleh sikap hidu mewah yang cenderung pada kufur nikmat.

Tamak dan Rakus Terhadap Harta Dan Dunia
Tamak terhadap harta dunia merupakan salah satu penyakit hati yang sangat membahayakan kehidupan manusia. Tamak adalah sikap rakus terhadap harta dunia tanpa melihat halal dan haramnya. Tamak bisa menyebabkan timbulnya sifat dengki, permusuhan, perbuatan keji, dusta, curang, dan bisa menjauhkan pelakunya dari ketaatan, dan lain-lain.

Ibnu al-Jauzi rahimahullah berkata:
“Jika sifat rakus dibiarkan lapas kendali maka ia akan membuat seseorang dikuasai nafsu untuk sepuas-puasnya. Sifat ini menuntut terpenuhinya banyak hal yang menjerumuskan seseorang ke liang kehancuran.”


Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata:
“Seorang hamba akan merasa merdeka selagi ia qana’ah dan orang merdeka akan menjadi budak selagi ia tamak.”

Beliau juga berkata:
“Ketamakan membelenggu leher dan memborgol kaki. Jika belenggu hilang maka borgolpun akan hilang dari kaki.”

Rasulallah shallallahu alaihi wasallam pernah mengkhabarkan bahwa sifat tamak yaitu cinta dunia tidak pernah mengenal kata puas.

رَوَي اْلبُخَارِيُّ عَنِ ابْنِ الزُّبَيْرِ عَلَى الْمِنْبَرِ بِمَكَّةَ فِي خُطْبَتِهِ يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَقُولُ: لَوْ أَنَّ ابْنَ آدَمَ أُعْطِيَ وَادِيًا مَلأً مِنْ ذَهَبٍ أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَانِيًا وَلَوْ أُعْطِيَ ثَانِيًا أَحَبَّ إِلَيْهِ ثَالِثًا ، وَلاَ يَسُدُّ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu al-Zubair tatkala di atas mimbar di Mekah dalam kubtahnya, beliau berkata: Wahai manusia sekalian, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:

“Seandainya anak keturunan Adam diberi satu lembah penuh dengan emas niscaya dia masih akan menginginkan yang kedua. Jika diberi lembah emas yang kedua maka dia menginginkan lembah emas ketiga. Tidak akan pernah menyumbat rongga anak Adam selain tanah, dan Allah menerima taubat bagi siapa pun yang mau bertaubat.”
(HR. Al-Bukhari No.6438)
Hadits ini menunjukan bagaimana tamaknya manusia terhadap dunia yang tidak menganal rasa puas. Hadits ini juga, mengandung makna celaan bagi orang yang tamak terhadap harta dunia. Kecintaan terhadap harta dunia bisa membuat seseorang terlena dari perjalanan hidup yang abadi di akherat.

Semangat mengumpulkan harta bisa menjadi sebab lalai dari ketaatan kepada Allah Ta’ala karena hati menjadi sibuk dengan dunia daripada akhirat. Dampak buruk dari sifat tamak, bisa membuat seseorang melakukan segala cara yang diharamkan demi mendapatkan harta yang diinginkan, seperti korupsi, suap, curang, riba, mengurani timbangan, berbohong, menipu, merampok, bisa pula nekat melakukan ritual-ritual syirik, dan lain-lain.


رَوَي التِّرْمِذِيُّ عَنْ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا ذِئْبَانِ جَائِعَانِ أُرْسِلاَ فِي غَنَمٍ بِأَفْسَدَ لَهَا مِنْ حِرْصِ الْمَرْءِ عَلَى الْمَالِ وَالشَّرَفِ لِدِينِهِ

Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab ibn Malik al-Anshari radhiallahu anhu, beliau berkata: Rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Tidaklah dua ekor srigala yang lapar dikirimkan pada seekor kambing itu lebih berbahaya daripada tamaknya seseorang pada harta dan kedudukan dalam membahayakan agamanya.”
(HR. al-Tirmidzi, beliau berkata: Hadits hasan shahih)


Berkaitan dengan hadits di atas, Ibnu Rajab rahimahullah berkata:

“Ini adalah permisalan yang agung yang diumpamakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam bagi kerusakan agama seorang muslim akibat rakus terhadap harta dan kedudukan dunia dan bahwa kerusakannya tidak lebih berat dari rusaknya kambing yang dimangsa oleh dua ekor serigala lapar.”

Oleh karena itu, Allah Ta’ala mengingatkan bahwa harta itu adalah ujian, harta merupakan di antara fitnah terbesar ummat Rasulallah, dan yang lebih baik lagi mulia adalah yang ada di sisi Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat al-Taghabun ayat 15:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya harta dan anak-anak kalian hanyalah fitnah (cobaan), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (QS. Al-Taghabun: 15)

رَوَي التِّرْمِذِيُّ عَنْ كَعْبِ بْنِ عِيَاضٍ قَالَ : سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ

Al-Tirmidzi meriwayatkan dari Ka’ab ibn Iyadh, ia berkata: Saya telah mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

“Sesungguhnya masing-masing ummat itu memiliki fitnah (bahan ujian) dan fitnah ummatku adalah harta.”
(HR. al-Tirmidzi)
Dengan demikian, maka tamak merupakan sifat cinta dunia. Sifat tamak mendatangkan banyak kerusakan, baik kerusakan pribadi, keluarga, masyarakat dan yang terbesar adalah kerusakan yang menimpa keagamaan seseorang disebabkan dunia lebih dicintai dari segalanya.

Para ulama berkata: Cinta dunia itu pangkal segala kesalahan dan pasti merusak agama ditinjau dari berbagai sisi:
  1. Mencintai dunia akan mengakibatkan mengagungkannya, padahal di sisi Allah Ta’ala dunia sangat remeh. Adalah suatu dosa terbesar mengagungkan sesuatu yang dianggap remeh.
  2. Allah Ta’ala telah melaknat, memurkai dan membenci dunia, kecuali yang ditunjukan kepada-Nya.
  3. Orang yang cinta dunia pasti menjadikan tujuan akhir dari segalanya. Ia pun berusaha semampunya akan mendapatkannya.
  4. Mencintai dunia akan menghalangi seorang hamba dari aktivitas yang bermanfaat untuk kehidupan di akherat. Ia akan sibuk dengan apa yang dicintainya.
  5. Mencintai dunia menjadikan dunia sebagai harapan terbesar seorang hamba.
  6. Pecinta dunia adalah manuia dengan adzab yang paling berat. Mereka disiksa di tiga negeri, di dunia, di barzakh dan di akherat.
  7. Orang yang rindu dan cinta kepada dunia sehingga ia mengutamakannya dari pada akherat adalah amakhluk yang paling bodoh, dungu dan tidak berakal.

Dalam banyak ayat, Allah Ta’ala sudah mewasiatkan kepada manusia seluruhnya, khususnya orang-orang beriman agar tidak terlena dengan kesenangan dunia, memerintahkan agar fasilitas kesenangan dunia yang diberikan Allah Ta’ala tidak melalaikan dari ibadah kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surat Fatir ayat 5:


يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kalian dan sekali-kali janganlah syaitan memperdayakan kalian tentang Allah.” (QS. Fatir: 5)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang beriman, janganlah harta dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-Munafiqun: 9)

روي مسلم عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ عَنِ النَّبِىِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ « إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ ». وَفِى حَدِيثِ ابْنِ بَشَّارٍ « لِيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ »


Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri, dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:

“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah ta’ala menyerahkannya kepada kalian untuk diurusi kemudian Allah ingin melihat bagaimana sikap kalian terhadapnya. Maka berhati-hatilah dari fitnah dunia dan wanita. Sesungguhnya fitnah pertama yang menimpa bani Israil adalah fitnah wanita” dalam riwayat hadits Ibnu Basyar, “Untuk melihat bagaimana yang kalian kerjakan.” (HR. Muslim)


Untuk mengobati penyakit tamak dari hati seseorang, Ibnu Qudamah dalam kitab Mukhtashar al-Qashidin mengungkapkan bahwa obat ini terdiri dari tiga unsur:sabar, ilmu, dan amal. Secara keseluruhan terangkum dalam hal-hal berikut ini:
  1. Ekonomis dalam kehidupan dan arif dalam membelanjakan harta.
  2. Jika seseorang bisa mendapatkan kebutuhan yang mencukupinya, maka dia tidak perlu gusar memikirkan masa depan, dan harus merasa yakin bahwa dia pasti akan mendapatkan rezeki dari Allah.
  3. Hendaknya mengetahui bahwa qana`ah itu adalah kemuliaan karena sudah merasa tercukupi, dan dalam kerakusan dan tamak itu ada kehinaan.
  4. Membandingkan antara kehidupan Yahudi dan Nasrani yang tenggelam dalam kenikmatan dengan kehidupan para nabi dan orang shalih. Siapakah di antara mereka yang mulia di sisi Allah Ta’ala.
  5. Dia harus mengerti bahwa menumpuk harta itu bisa menimbulkan dampak yang kurang baik.

    Gambar keren : Link

No comments