Filsof : Ibnu Sina (370/980 – 428/1037)

Biografi Singkat Masa Hidupnya Ibnu Sina


Dalam sejarah pemikiran fislafat Abad Pertengahan, sosok Ibnu Sina (370/980 – 428/1037), dalam banyak hal unik sedang di antara para filosof Muslim ia tidak hanya unik, tapi juga memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern. Ia adalah satu-satunya filosof besar Islam yang telah berhasil membangun sistem filsafat yang lengkap dan terperinci – suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat Muslim selama beberapa abad, meskipun ada serangan-serangan dari al-Ghazali, Fakh al-Din al-Razi dan sebagainya.

Pengaruh ini terwujud, bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi karena sistem yang ia miliki itu menampakkan keaslian, yang menunjukkan jenis jiwa yang jenius dalam menemukan metode-metode dan alasan-alasan yang diperlukan untuk merumuskan kembali pemikiran rasional murni dan tradisi intelektual Hellenisme yang ia warisi dan lebih jauh lagi dalam sistem keagamaan Islam.

Baca Juga : Pemikiran Jiwa Ibnu Sina

Istilah yang tepat tentang perumusan kembali dan kaitannya dengan Islam segera akan kami bahas pada bab ini, sebagai catatan di awal pembahasan ini, dapatlah dikemukakan bahwa keaslian yang menyebabkan dirinya disebut unik tidak hanya terjadi di dalam Islam, tetapi juga terjadi di Abad Pertengahan, karena di sana terjadi pula perumusan kembali teologi Katolik Roma yang dilakukan oleh Albert Yang Agung,d an terutama oleh Thomas Aquinas yang secara mendasar terpengaruh oleh Ibnu Sina.

Karena pada bab ini, secara khusus kami membahas penafisran Ibn Sina tentang doktrin filsfat Yunani, maka kami tak perlu memberikan sumber-sumber yang ia pakai dari para filosof Yunani atau Muslim.

Dari sekarang dapat dipastikan elemen-elemen doktrin Ibn Sina adalah Yunani, dan beberapa perumusan kembali terhadap doktrin-doktrin Yunani dapat ditemukan pada al-farabi (yaitu seseorang yang mempunyai jasa tak terhitung besarnya kepada Ibn Sina) dengan berbagai ragam tingkat pengembangan, tetapi tugas kami di sini adalah menerangkan, menganalisa dan menghayati ajaran-ajaran Ibn Sina. Sesungguhnya sistem Ibn Sina secara keseluruhan, adalah memiliki dan berisi kesan ketidak salahan pribadinya.

Hal ini terbukti dengan adanya kenyataan bahwa ia menerangkan doktrin-doktrinnya yang penting secara berulang-ulang di dalam berbagai karyanya, dan sering memberikan catatan-catatan kutipan, yang tak salah lagi menandai adanya sistatika berpikir, dan bukan peminjaman sumber-sumber yang berbeda secara acak.

Karakteristik paling dasar dari pemikiran Ibn Sina adalah pencapaian definisi dengan metode pemisahan dan pembedaan konsep-konsep secara tergas dan keras.

Hak ini memberikan kehalusan yang luas biasa terhadap pemikiran-pemikirannya. Tatanan itu sering memberikan kompleksitas skolastik yang kuat dan susunan yang sulit dalam penalaran filsafatnya, sehingga mengusik tempera,men modern, tetapi dapat dipastikan, bahwa tatacara ini jugalah yang diproleh dalam hampir seluruh doktrin asli para filosof kita.

Tata cara ini memungkinkannya untuk merumuskan kembali prinsip-prinsipnya yang sangat umum dan mendasar., bahwa pada setiap konsep yang jelas dan berbeda, harus terdapat kesesuaian distinctio in re, suatu prinsip yang pada akhirnya Decrates juga menggunakannya, sebagai dasar bagi tesisnya tentang dualisme akal tubuh.

Keberhasilan dan pentingnya prinsip analisis ini di dalam sistem Ibn Sina, sangat menarik perhatian: ia mengumakakan secara berulang-ulang dan pasa setiap kesempatan, dalam pembuktian-pembuktiannya tentang dualisme tubuh dan akal, doktrin universal, teorinya tentang esensi dan ekstensi dan sebagainya.

Beberapa contoh prinsip ini adalah “bahwa apa yang disahkan dan diizinkan berbeda dengan apa yang tidak disahkan dan diizinkan,” dan “suatu konsep tunggal secara keseluruhan tak dapat diketahui dan tidak diketahui secara bersamaan, kecuali terhadap aspek-aspek yang berbeda.”

Buku : History Of Muslim Philosphy
Suntingan : M.M Syarif M.A
Penerbit : Mizan
Tahun : Cetakan Ke VII 1994

No comments