Filsafat Muslim : Miskawih



Miskawaih

Ahmad ibn Muhammad ibn Ya’kub, yang nama keluarganya Miskawaih, disebut pula abu Ali al-Khazin. Belum dapat dipastikan apakah Miskawaih itu dia sendiri atau dia itu putra (ibn) Miskawaih. Beberapa orang seperti Margoliouth dan Bergstrasser menerima alternatif pertama; sedang lainnya, seperti Brockelmann, menerima alternatif kedua.

Yaqub berkata bahwa ia mula-mula beragama Majusi, kemudian memeluk Islam. Tetapi, hal ini barangkali benar bagi ayahnya, karena Maskawaih sendiri, sebagaimana tercermin pada namanya, adsalah putra seorang Muslim, yang bernama Muhammad.

Ia belajar sejarah, terutama Tarikh al-Thabari, kepada Abu Bakr Ahmad ibn Kamil al-Qadhi (350 h/960 M). Ibn al-Khammar, mufasir kenamaan karya-karya Aristoteles, adalah gurunya dalam ilmu-ilmu filsafat.

Miskawaih mengkaji alkimia bersama abu al-Thayyib, al-Razi, seorang ahli alkimia. Dari beberapa pernyataan ibn Sina dan al-Tauhid tampak bahwa mereka berpendapat bahwa ia tak mampu berfilsafat. Iqbal, sebaliknya, menganggapnya sebagai salah seorang pemikir teistis, moralis dan sejarawan Parsi paling terkenal.

Miskawaih tinggal selama tujuh tahun bersama abu-Fadhl ibn al-‘Amid (360 H/970M), ia mengabdi kepada putranaya abu al-Fath Ali ibn Muhammad ibn al-‘Amid, dengan nama keluarga Dzu al-Kifayatain. Ia juga mengabdi kepada Abdul al-Daulah, salah seorang Buwaihiah, dan kemudian kepada beberapa pangeran yang lain dari keluarga terkenal itu.

Miskawaih meninggal 9 Safar 421/16 Februari 1030. Tanggal kelahirannya tak jelas.

Menurut Margoliouth tahun 330H/ 941 M, tetapi kami kira tahun 320 H/932 M, bila bukan apada tahun-tahun sebelumnya, karena ia biasa bersama al-Muhallabi, yang menjabat sebagai wazir pada 339 H/950 M, dan meninggal pada 352 H/963 M, yang pada masa itu paling tidak ia telah berusia sembilan belas tahun.

Filsafat Jiwa Ibn Sina

Karya Karyanya (Miskawaih)

Yaqub memberikan daftar13 buah karya Miskawaih:

1. Al-fauz al-Akbar.

2. Al-Fauz al-Asghar.

3. Tajarib al-Umam (sebuah sejarah tentang Banjir Besar yang ditulis pada tahun 369 H/979 M).

4. Uns al-farid (Kumpulan anekdot, syair, peribahasa dan kata-kata mutiara).

5. Tartib al-Sa’adah (tentang akhlak dan politik).

6. Al-Musthafa (Syair-syair pilihan).

7. Jawidan Khirad (Kumpulan ungkapan bijak).

8. Al-Jami’

9. Al-Siyar (tentangn aturan hidup).


Mengenai karya-karya di atas, al-Qifti hanya menyebutkan 1,2,3 dan 4, dan menambahkan sebagai berikut:

10. Tentang Pengobatan Sederhana (mengenai kedokteran).

11. Tentang Kompoisisi bajat (mengenai seni memasak).

12. Kitab al-Asyribah (mengenai minuman).

13. Tahdzib al-Akhlaq (mengenai akhlak).


Nomor-nomor 2,3 dan 13 kini masih ada, dan telah diterbitkan. Juga ada lima daftar lagi yang tak disebut oleh Yaqub dan al-Qifti, yaitu:

14. Risalah fi al-Ladzdzat wal-Alam fi jauhar al-Nafs (Naskah di Istanbul, Raghib Majmu’ah tersebut di atas, dalam raghib, di Istanbul).

15. Ajwibah fi al-Masa’il al-Tsalats (Naskah di Teheran, Fihrist Maktabat al-Majlis, II, No. 634 (31).

16. Al-Jawab fi Su’al Ali bin Muhammad Abu Hayyan al-Shufi fi Haqiqat al-Aql (Perpustakaan Mashhad di Iran, I, No. 43(137)

18. Thaharat al-Nafs (Naskah di Koprulu, Istanbul No. 767).
Muhammad baqir ibn Zain al-Abidin al-Hawanshari mengatakan bahwa ia juga menulis beberapa risalah pendek dalam bahasa Parsi (Raudhat al-Jannah, Teheran, 1287 H/1870 M, hal. 70).

Mengenai urutan karya-karyanya, kita hanya tahu dari Miskawaih sendiri bahwa al-Fauz al-Akbar ditulis setelah al-Fauz al-Asghar, dan Tahdzib al-Akhlaq ditulis setelah Tartib al-Sa’adah.



Kepribadiannya (Miskawaih)


Miskawaih pada dasarnya adalah ahli sejarah dan moralis. Ia juga seorang penyair, Tauhid mencela Maskawaih karena kekikiran dan kemunafikannya. Ia tertarik alkimia bukan demi ilmu, tetapi demi emas dan harta, dan ia sangat mengabdi kepada guru-gurunya.

Tetapi Yaqut menyebutkan bahwa pada tahun-tahun terkemudian dia berupaya mengikuti lima belas pokok petunjuk motal.

Kesederhanaannya dalam melayani nafsu, ketegaran dalam menundukkan diri yang serakah dan kebijakan dalam mengatur dorongan-dorongan yang serakah dan kebijakan dalam mengadtur dorongan-dorongan yang tak rasional merupakan poko-pokok petunjuk ini.

Dia sendiri berbicara tentang gperubahan moral dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq, yang menunjukkan bahwa ia melaksanakan dengan baik apa yang telah ditulisnya tentang etika.



Kepribadiannya (Miskawaih)
 
Miskawaih pada dasarnya adalah ahli sejarah dan moralis. Ia juga seorang penyair, Tauhid mencela Maskawaih karena kekikiran dan kemunafikannya. Ia tertarik alkimia bukan demi ilmu, tetapi demi emas dan harta, dan ia sangat mengabdi kepada guru-gurunya.

Tetapi Yaqut menyebutkan bahwa pada tahun-tahun terkemudian dia berupaya mengikuti lima belas pokok petunjuk motal.

Kesederhanaannya dalam melayani nafsu, ketegaran dalam menundukkan diri yang serakah dan kebijakan dalam mengatur dorongan-dorongan yang serakah dan kebijakan dalam mengadtur dorongan-dorongan yang tak rasional merupakan poko-pokok petunjuk ini.

Dia sendiri berbicara tentang gperubahan moral dalam bukunya Tahdzib al-Akhlaq, yang menunjukkan bahwa ia melaksanakan dengan baik apa yang telah ditulisnya tentang etika.

No comments